"Eh Nay, tadi pas gua tidur. Gua masih keliatan ganteng kan?" Pertanyaan Dimas yang ngawur hampir saja membuat Naya tersedak buburnya.
"Kepedean lu itu ya Mas, udah melewati batas." Komentar Naya menunjuk Dimas dengan sendok buburnya.
"Cinta gua ke lu juga udah melewati batas Nay." Goda Dimas
Naya hanya menggeleng gelengkan kepalanya lalu melanjutkan memakan buburnya. Pun, Dimas juga memakan buburnya sampai habis.
Setelah selesai memakan bubur mereka berjalan pagi lagi, lalu kembali pulang ke rumah masing masing.
Hingga malam pun tiba. Dimas sudah berada di depan Rumah Naya, memakai kemeja biru laut yang digulung hingga ke lengan. Dimas tampak lebih tampan dengan rambut yang disisir rapih dengan gel rambut.
Tidak lama, Naya keluar dari rumahnya membukakan pintu pagar untuk Dimas setelah Dimas menelpon Naya setelah Dimas sampai di depan rumah Naya.
Kali ini, Naya tampak cantik dengan dress biru mudanya.
"Kok kita bisa samaan gitu ya Nay, biru biru." Kata Dimas membuat Naya reflek memperhatikan Bajunya dan Dimas
"Jangan jangan kita jo--"
"Mblo." Potong Naya cepat membuat Dimas tertawa
"Kita kan emang jomblo." Jelas Naya, lalu tertawa
"Oke oke. Kita Jomblo." Dimas kembali tertawa
"Dah yuk, kedalem. Mamah sama papah udah nunggu di dalem." Ajak Naya yang langsung dijawab anggukan oleh Dimas.
Di meja makan sudah tersedia beberapa hidangan. Tante Arum, dan om Wira-- papah Naya sudah duduk manis di meja makan.
"Selamat malam om, tante." Sapa Dimas setelah sampai di meja makan.
"Selamat malam." Ucap Tante Arum dan Om Wira hampir berbarengan
"Ayo duduk Dimas." Kata Om Wira menunjuk kursi yang kosong.
Dimas mengangguk lalu duduk di kursi itu diikuti Naya yang duduk di depan Dimas.
"Terimakasih ya, kamu udah mau repot repot sewa prasmanan buat Naya." Kata om Wira membuka obrolan
Dimas tersenyum "sama sama om."
"Oh ya, nanti kirimin nomor rekening kamu ya, biar om transfer untuk gantiin uang kamu." Kata om Wira lagi
"Gausah om, Aku emang nyiapin itu semua buat Naya." Dimas menjelaskan
"Kami jadi ga enak loh sama kamu Mas." Tante Arum bersuara
"Gapapa tante aku ikhlas."
"Yaudah soal ini kita bahasanya nanti lagi ya. Sekarang ayo kita makan dulu." Ajak Om Wira sambil menyendok nasi dihadapannya.
Mereka semua makan bersama, sesekali mereka berbincang bincang atau tiba tiba Dimas yang mengeluarkan lelucon membuat tante Arum dan om Wira tertawa, pun Naya yang ikut tertawa.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.38. Sudah cukup larut, dan Dimas berpamitan pada kedua orang tua Naya lalu Naya mengantarnya sampai depan pagar.
"Makasih ya Mas, udah mau dateng ke dinner keluarga gua." Kata Naya tersenyum saat sudah berada di luar pagar.
"Justru gua yang makasih. Gua berasa jadi bagian dari keluarga lu Nay," Kata Dimas
Dari Dimas kenal dengan Naya, baru kali ini, Dimas diajak makan malam dengan keluarga Naya. Selama ini, Dimas hanya sekedar kenal dengan tante Arum dan om Wira itupun jarang mengobrol, biasanya Dimas hanya duduk di teras atau duduk di ruang tamu saja untuk menemui Naya. Tapi kali ini, bahkan Dimas seperti sangat dekat dengan kedua orang tua Naya.
"Oiya, nanti kirimin nomor rekening lu ya ke wa gua. Papah gua mau ganti uang lu." Kata Naya mengingatkan.
Dimas terdiam beberapa detik sampai akhirnya bersuara "oke gua kirim." Dimas mengeluarkan ponselnya dari saku celana, lalu mengarahkan ponselnya ke arah Naya, kemudian memotret Naya.
"Loh kok?" Naya bingung
"Gua bakal kirim, tapi bukan nomor rekening, tapi foto lu yang gua foto." Kata Dimas kembali memasukan ponselnya kedalam saku celana
"Kok malah foto gu--"
"Malem ini, lu cantik Nay." Potong Dimas yang membuat Naya menjadi tersipu
Naya tertawa mencoba menetralkan rasa salah tingkahnya "gua cantik nya malem ini doang? Berarti kemaren kemaren gua ga cantik?"
"Engga. Kemaren kemaren lu galak."
Jawaban Dimas sukses membuat Naya reflek memukul bahu Dimas.
"Gua bercanda Nay. Dimata gua, lu tetep cantik apapun keadaanya Nay. Entah malam ini, ataupun kemaren kemaren." Jelas Dimas lalu tersenyum.
Senyuman Dimas manis sekali, bahkan perkataannya sangat terlihat tulus.
"Sampe kapan lu mau muji gua terus? Hah?" Tanya Naya melipat tangannya
"Bahkan kalo nanti kita menua bersama, gua ga akan pernah bosen Nay, buat muji lu."
"Kok lu keluar dari rumah gua, gombal terus ya?"
Dimas tertawa membuat Naya ikut tertawa.
"Oh ya, nomor rekening lu nan--"
"Gua ikhlas Nay. Bilang ke papah lu, gua bener bener tulus sewa prasmanan itu buat lu."
"Oh iya, lu udah daftarin diri lu buat ikut perlombaan untuk meriahin acara ulang tahun sekolah? Besok terakhir pendaftarannya loh." Tanya Dimas mengalihkan pembicaraanNaya tampak berpikir. Ah, Naya ingat seminggu yang lalu ia melihat pengumuman di mading soal acara perlombaan untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah besok lusa, bahkan ketua kelas Naya juga sempat mengumumkan ulang di depan kelas.
"Belum. Gua bingung mau ikut lomba apaan," jawab Naya
"Yaudah deh kita bahas besok lagi, gua balik ya Nay." Dimas menyalakan motornya
Naya melambaikan tangannya lalu Dimas melajukan motornya. Baru beberapa langkah Naya melangkahkan kakinya masuk kerumah, ponsel Naya yang daritadi ia pegang berdenting
"Ting!" Tanda sebuah pesan whatsApp masuk.
Naya melihat ponselnya, lalu Naya mengernyitkan dahinya bingung setelah mendapatkan satu pesan dari Dimas.
Dimas
//photo//
Selamat malam Nay, lu cantik. Bahkan malam ini, Bulan minder terus sembunyi dibalik awan, karna kalah indah sama lu.
23.45Naya reflek menatap langit mencari sang bulan. Dan benar, bulan sedang bersembunyi dibalik awan. Naya tersenyum sampai akhirnya ia tersadar bukankah Dimas tadi sudah pamit pulang? Lalu kenapa masih sempat sempatnya mengirim pesan? Naya berbalik ke luar pagar. Ternyata diujung sana, Dimas masih disana. Memegang ponselnya, menoleh kearah Naya sambil melambaikan tangannya.
Naya melipat tangannya di dada, menunggu Dimas benar benar pergi. Dan tidak lama, Dimas melajukan motornya.
Naya menatap kembali foto yang baru saja Dimas kirim, foto itu adalah foto Naya yang Dimas potret saat Dimas bilang ia akan mengirimkan foto Naya saat ini. Dan benar, itu fotonya.
Mungkinkah suatu saat, Naya akan bisa membuka hatinya untuk Dimas dan mencoba untuk meninggalkan segala rasa untuk Bayu? Mungkin jika tidak ada Bayu dihati Naya, sudah lama Naya menerima cinta Dimas. Karna Dimas itu, terlalu sempurna untuk ditinggalkan.
-----
Dah kalo Naya ga mau, fix Dimas buat author aja😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...