10

140 18 4
                                    

"Gua boleh ikut duduk disini?"

Pertanyaan Bayu membuat Naya dan Dimas reflek menatap Bayu yang baru datang dari arah kanan.

Naya tersenyum, menepuk nepuk sisi yang kosong mengisyaratkan agar Bayu duduk.

Bayu duduk disebelah Naya, membuat Naya berada di tengah tengah antara Dimas dan Bayu.

Bayu membuka mulutnya ingin berbicara sebelum akhirnya Dimas berkata "gausah ngomong. Diem aja."

"Gua juga mau ngomongnya sama Naya, bukan sama lu." Kata Bayu

"Lu kenapa sih Mas, bayu ngomong aja masa ga boleh," Lerai Naya sebelum terjadi perdebatan panjang antara Dimas dan Bayu.

"Bela aja terus Nay," Kata Dimas sebelum mengunyah makanannya

"Kenapa? Lu cemburu? Pengen dibela juga?"

"Gak lah.. ngapain juga teman hidup cemburu sama teman baik."

Naya mengernyitkan dahinya
"Maksud lu, lu temen hidupnya gitu? Terus bayu temen baiknya gitu? Iya?"

"Pinter sekarang lu ya Nay" jawab Dimas tersenyum

"Berarti selama ini gua bodoh?"

"Iya, udah tau ada gua yang tulus masih aja mikir mikir."

Bayu tertawa entah kenapa Bayu ini receh sekali. "Lu bodoh Nay,"

Naya menatap bayu yang tertawa membuat Bayu buru buru merubah ekspresi tawanya menjadi ekspresi datar.

"Gua bercanda Nay," kata Dimas menjelaskan sebelum Naya marah, sambil mengusap pelan puncak kepala Naya.

"Udah ah, gua pergi aja. Kita ngobrolnya kalo ga ada Dimas aja yaa dahhh" pamit Bayu yang sudah berdiri dari duduknya meninggalkan Naya dan Dimas

Kenapa Bayu ini suka sekali tiba tiba datang lalu tiba tiba pula pergi?

"Nay,"

Ah, Naya tau. Biasanya jika Dimas sudah memanggilnya seperti itu, ia akan berkata serius lagi.

"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati."

"Emang kita pernah jadian?"

"Oiya, gua lupa."
"Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu rumah Nay. Meski lu rumah yang mungkin belum siap dihuni, gapapa. Gua tetep anggap lu sebagai rumah."

"Lu ga boleh biarin hati lu lumpuh Mas. Hati lu harus tetep bergerak, berusaha mencari Rumah terbaik untuk lu pulang. Gua cuman takut, saat nanti lu masih nganggep gua rumah lu, dan lu mencari jalan pulang, ternyata gua udah di huni, Gua udah jadi rumah yang sudah berpemilik."

Dimas diam beberapa detik lalu berkata

"Siapa orang yang lu cintai itu Nay?" Tanya Dimas.

Entah kenapa, Dimas merasa Naya yang tidak pernah memberikannya kepastian, karna alasan Naya sedang mencintai orang lain. Setidaknya jika dugaan Dimas benar, Dimas akan menunggu lagi. Sampai Naya benar benar bersama orang yang mencintainya. Karna Dimas tau, mencintai sendirian itu sulit dan rumit.

Naya menarik nafasnya dalam dalam menatap dalam mata Dimas yang juga menatapnya

Naya ingin menjawab sebelum akhirnya Dimas berdiri lalu memegangi perutnya

"Kita bahasnya nanti lagi ya Nay, gua sakit perutt." Dimas berlari mengarah ke toilet meninggalkan Naya bersama piring kosong Dimas.

Naya tersenyum. Lagi, Naya berhasil terbebas dari pertanyaan pertanyaan yang akan sulit dijawab oleh Naya. Padahal hatinya masih untuk Bayu, tapi Naya terlalu egois untuk tidak meninggalkan Dimas. Membiarkan Dimas, tergantung oleh perasaanya, dan terombang ambing dengan ketidakpastian.

Tapi bagaimana perasaan Dimas jika Dimas tau, bahwa apa yang ditanyakan oleh Dimas itu benar, bahwa Naya sedang mencintai orang lain, dan itu adalah Bayu.

Dimas perlu tau ini, meski akan menyakiti perasaanya, karna menahan Dimas tanpa kepastian hanya menambah luka di hati Dimas. Bukankah selama ini Dimas dan Naya sama sama merasakan sakit? Karna terlalu lama menunggu orang yang mungkin tidak bisa memberikan hatinya.

-----

Dimas berhenti di depan toilet. Sebenarnya Dimas tidak benar benar sakit perut, itu bohong. Dimas hanya takut, jawaban Naya akan memaksanya untuk berhenti untuk mencintai Naya, dan meninggalkan Naya. Dimas belum siap, tapi kenapa Dimas tadi menanyakan hal hal yang jawabannya nanti akan membuat hatinya sakit? Bodoh.

Dimas mengacak acak rambutnya frustasi

Banyak kemungkinan yang akan membuat hatinya sakit, tapi Dimas memilih bertahan pada tidakkepastian. Memilih Naya yang senyumnya mengobati luka akibat ketidakpastian Naya. Memilih Naya yang tawanya menghilangkan kesakitan akibat menunggu Naya. Semua itu karna Naya, bahkan Dimas sebodoh ini, juga karna Naya. Tetap memilih Naya meski ada yang mencintai Dimas melebihi cinta Dimas pada Naya.

-----

Dahlahh Dimas buat author aja gimana?😂

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang