"Dimas baru aja pulang. Tadi Dimas udah coba bangunin kamu, tapi kamu ngga bangun-bangun."
"Hah?"
Perkataan tante Arum sukses membuat Naya membuka matanya
"Lagian sih kamu, susah banget dibangunin."
"Tapi, tiba-tiba Dimas katanya ada urusan," ucap tante Arum lagi
Naya terdiam hanya mendengarkan penjelasan tante Arum
Sampai mata Naya tidak sengaja melihat buku catatan miliknya yang terbuka.
Tunggu, Dimas tidak membacanya, kan??? Naya mendadak panik.
"Sekarang Dimas kemana?" tanya Naya panik
"Baru aja keluar."
Naya melompat dari kasusnya membuat tante Arum yang sedang melipat selimut Naya kaget.
Naya berlari kearah luar. Berharap Dimas masih disana.
"Dimas!!" Panggil Naya ketika melihat Dimas berada diluar pagar dari pintu rumahnya.
Dimas mematikan mesin motornya yang tadi baru ia nyalakan.
Naya berlari mendekati Dimas.
Dengan nafas yang tersenggal, piyama warna merah muda, dan rambut yang berantakan, Naya kini sudah di hadapan Dimas.
Kalau perasaan Dimas tidak sedang kecewa, Dimas pasti sudah memotret Naya dan kembali mengkoleksi foto-foto candid Naya.
"Lu mau kemana?"
"Mau ada urusan gua,"
"Oh..."
Tidak ada percakapan lagi setelah itu, terjadi kecanggungan beberapa detik. Sampai akhirnya Dimas membuka suara
"Yaudah, gua balik dulu ya."
"Gamau main dulu disini?" Tawar Naya membuat Dimas menggeleng.
Tidak biasanya Dimas menolak ajakan Naya, membuat Naya berfirasat bahwa Dimas memang sudah membaca buku catatan itu terlihat dari perubahan sikap Dimas yang mendadak dingin.
Naya ingin menanyakan perihal buku catatan itu, apakah Dimas sudah membacanya atau belum, tapi Naya bingung bagaimana kata kata yang tepat untuk menanyakan itu.
"Emmm, ada yang mau gua tanyain Mas." Naya menyiapkan dirinya untuk bertanya
"tadi, lu baca...." Naya menggantungkan kalimatnya sebentar bingung harus melanjutkan kalimatnya atau tidak.
"Baca apa?"
"Ah, gajadi deh ga--"
"Baca buku catatan lu?" Potong Dimas membuat Naya membulatkan matanya.
"Lu baca????"
"Kebaca. Gua ngga sengaja baca buku catatan lu yang udah kebuka."
Naya mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa menutup buku catatannya?? Yang berujung Dimas membaca buku catatannya.
Naya harus bagaimana ini??
"Akhirnya gua tau jawaban kenapa lu ga pernah ngasih kesempatan buat gua masuk ke hati lu." Dimas tersenyum miris "itu karna, ada Bayu yang udah masuk di hati lu. "
Deg
"Jangan berhenti soal rasa lu ke bayu ya Nay, biar gua aja yang berhenti, Sadar diri, dan pergi."
Tanpa sadar air mata Naya sudah menetes. Dimas yang melihat itu, buru-buru menghapusnya dengan tangannya.
"Hei, jangan nangis. Lu berhak punya rasa sama siapapun. Termasuk ke Bayu. Dan gua, ngga punya hak atas rasa lu. Jadi, biar gua yang berhenti."
"Terimakasih ya Nay, pernah menjadi alasan untuk gua tetap hidup. Meski nanti, ngga ada lu lagi buat jadi alasan gua hidup saat gua jatuh. Sekarang gua sadar bahwa masih banyak hal yang membuat gua untuk tidak menyerah. Masih banyak hal yang harus diperjuangkan selain lu." Dimas menyalakan mesin motornya lalu melajukan motornya tanpa menunggu penjelasan Naya yang kini sedang menangis.
Air mata Naya tidak mau berhenti mengalir. Ketika Dimas memilih pergi, mengapa begitu menyesakkan? Mengapa membayangkan hari-hari tanpa Dimas akan menyedihkan?
Bukankah ini adalah saat saat yang ditunggu Naya? Seharusnya Naya lega, karna tidak perlu memberitahu lagi perihal rasanya ke Bayu pada Dimas.
Tapi, kenapa melihat Dimas yang terlihat sangat kecewa melukai hati Naya? Mengapa ketika Dimas pergi, Naya ingin Dimas kembali? Bukankah hatinya terlanjur jatuh pada Bayu?
Naya berjongkok, kakinya mendadak lemas. Naya berusaha menahan isak tangisnya. Naya masih tidak percaya bahwa Dimas sudah mengetahui semuanya. Naya masih tidak percaya, secepat ini Dimas pergi.
Sementara Dimas, melajukan motornya dengan kecepatan yang tinggi, tidak perduli dengan orang orang yang memaki dirinya karna hampir tertabrak, atau hampir menyerempet mereka.
Dimas bahkan tidak perduli jika saat ini dirinya tiba-tiba menabrak sesuatu dan harus kehilangan nyawanya. Dimas benar benar sangat kacau hari ini. Pergi dari Naya, membuat Dimas kehilangan separuh jiwanya.
Setelah kehilangan sosok ayahnya sejak kecil, lalu kehilangan ibunya yang sangat Dimas cintai, kini Dimas harus siap kehilangan Naya yang pernah mengingatkan bahwa hidupnya lebih berarti.
Bayangan Naya yang sedang tersenyum, dan tertawa di dalam kepala, seolah sedang meledek Dimas. Dimas benar benar belum siap kehilangan Naya.
Di depan Naya, Dimas seolah terlihat kuat dan mampu untuk pergi. Padahal, hatinya tidak mampu, hatinya menolak untuk pergi.
Jadi begini, rasanya mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Persis, seperti yang Lusi rasakan. Begitu perih, tapi Lusi tetap bertahan.
Dimas menepikan motornya di pinggir jalan, mengambil ponselnya lalu mencoba menelpon seseorang
"Hallo?" Terdengar suara disebrang sana
"Hallo Lus, lu masih mau ketemu gua? Ayo ketemu."
-----
Biar feelnya lebih dapet, aku sambil denger lagunya aurel - cinta seperti aku😭😭😭 fix Naya abis ini galau:)))))
Dimas buat aku aja pokoknya😭😭 sayang Dimas banyak-banyak ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...