26

72 13 6
                                    

Hari terus berlanjut, Dimas yang fokus untuk tournament futsalnya, jadi jarang bertemu Naya di sekolah karna jadwal latihan Dimas yang sudah mulai padat. Sementara hubungan Naya dan Bayu semakin dekat. Karna beberapa hari ini, Bayu yang selalu mengantar dan menjemput Naya ke sekolah, juga mereka selalu menyempatkan waktu untuk jalan bersama saat pulang sekolah.

Hari ini, adalah hari semi final tournament futsal. Kebetulan, pertandingan kembali diadakan di SMA Angkasa sebagai tuan rumah.

Sama seperti minggu lalu, sebelum pertandingan dimulai akan ada acara pembukaan. Tapi untuk kali ini, acara pembukaan ini diisi untuk orang orang yang ingin menyumbangkan bakatnya untuk ditampilkan di tengah lapangan entah dari anak SMA Angkasa, atau anak sekolah lain.

Hari ini, Naya kembali ke sekolah bersama Bayu untuk menyaksikan pertandingan futsal.

Naya mengedarkan pandangannya kearah lapangan. Mencari Dimas yang dari kemarin belum ia temui.

Di daerah pinggir lapangan sudah ada beberapa orang orang yang sudah duduk menyaksikan penampilan pembukaan. Entah itu bernyanyi, menari, atau bahkan stand up comedy.

"Nay, gua gabung sama temen kelas gua dulu ya," izin Bayu

Naya mengangguk. Membuat Bayu berlalu pergi.

Naya masih berusaha mencari Dimas, sampai akhirnya Naya melihat Gilvan duduk di pinggir lapangan di barisan terdepan. Naya menghampiri Gilvan dan duduk disebelah Gilvan.

"Dimas dimana, Van?" tanya Naya

"Nanti juga ketemu," kata Gilvan yang masih memperhatikan penampilan dance dari sekolah luar.

"Ya kalo ga dicari ya ga ketemu."

"Lu duduk aja, nanti juga Dimas kesini," kata Gilvan membuat Naya mengangguk.

Naya dan Gilvan tertawa ketika setelah itu ada penampilan stand up comedy dari orang yang menyumbangkan bakatnya.

Setelah itu, betapa terkejutnya Naya ketika penampilan selanjutnya adalah Dimas. Dimas sudah berada di tengah lapangan membawa mic entah apa yang akan ia lakukan tapi, firasatnya mengatakan Dimas akan berulah dan membuat Naya malu.

Naya memperhatikan. Dimas lekat lekat, Naya baru sadar bahwa Dimas sepertinya baru saja mencukur rambutnya.

Dimas tampak lebih fresh dan terlihat lebih tampan dengan potongan rambutnya yang baru.

Suara instrument musik terdengar, tidak lama kemudian Dimas mulai bernyanyi menyanyikan sebuah lagu yang membuat anak anak kelas Dimas dan Gilvan bersorak

Waktu pertama kali ku lihat dirimu hadir, rasa hati ini inginkan dirimu

Suara Dimas tidak begitu bagus, tapi juga tidak Fals. Suara Dimas masih enak untuk di dengar, membuat orang orang yang menonton ikut bernyanyi

Hati tenang mendengar suara indah menyapa, gelora hanya hati ini tak ku sangka

Dimas menatap Naya di depan sana, kemudian Dimas melangkahkan kakinya mendekati Naya. Naya yang melihat itu, membenarkan posisi duduknya. Naya tiba tiba merasa salah tingkah. Di pikiran Naya, ia menerka nerka apa yang akan dilakukan Dimas setelah ini.

Rasa ini tak tertahan... hati ini selalu untukmu

Dimas seperti memberi kode kepada Gilvan, membuat Gilvan mengangguk. Tiba-tiba Gilvan bangun dari duduknya dan menarik tangan Naya, mengajaknya untuk berdiri dan mengikuti langkahnya.

Naya menggeleng "mau ngapain sih, van?" tanya Naya penasaran. Gilvan tidak menjawab, sementara Dimas sudah berada di depannya.

Terimalah lagu ini dari orang biasa tapi cintaku padamu luar biasa

Dimas berjongkok dihadapan Naya membuat sorak ramai orang orang yang melihatnya terdengar. Gilvan berlari kecil entah kemana. Sementara Dimas masih sibuk menarik tangan Naya mengajaknya ke tengah lapangan. dengan pasrah, akhirnya Naya mengikuti langkah Dimas ke tengah lapangan karena saat ini, Mereka berdua sedang menjadi tontonan orang orang.

Aku tak punya bunga aku tak punya harta yang ku punya hanyalah hati yang setia.. tulus padamu

Tidak lama, Gilvan terlihat sibuk mendorong trolli belanjaan berisi coklat batang.

Gilvan memberikan trolly itu pada Dimas.

Hari hari berganti kini cinta pun hadir, Melihatmu memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu manis senyum bibirmu hitam panjang rambutmu anggun terikat

Dimas menatap Naya lekat. Kurang lebih, di lirik itu menggambarkan seorang Naya.

Rasa ini tak tertahan hati ini selalu untukmu..

Suara orang orang yang berteriak heboh makin terdengar. Bahkan beberapa lainnya mulai bersiul.

Naya menahan malunya, menemani Dimas yang masih melanjutkan lagunya.

Setelah lagu selesai, Naya ingin beranjak pergi, sebelum tangannya ditahan oleh Dimas.

"Nay, gua ga punya bunga, punyanya coklat," kata Dimas membuat sorak ramai dan heboh makin terdengar.

"Gua ga punya harta, punyanya cinta." Tambah Dimas yang kini membuat orang orang yang melihat, mulai memotret mereka dan membagikannya ke media sosial dengan hastag #NADIAngaksa.

Naya mulai salah tingkah, karena malu menjadi tontonan.

"Buat lu Nay, coklatnya." Kata Dimas pada Naya tanpa mic. Kemudian mendekatkan trolli belanja berisi coklat batang kearah Naya.

"......semua?" Tanya Naya tidak percaya.

Dimas mengangguk membuat Naya membulatkan matanya.

Naya ingin berkomentar sebelum akhirnya Dimas berkata lagi dengan micnya.

"Terimakasih Nay, telah meredakan luka, dengan sebuah pelukan."

Sontak, suara heboh dan riuh terdengar. Mereka yang menonton, ikut terbawa perasaan.

Sementara Naya hanya terdiam, tiba tiba pipinya memanas.

"Pipi lu merah Nay, kayak tomat."

Kata kata Dimas membuat Naya membulatkan matanya. Karna Dimas berkata seperti itu menggunakan mic.

Suara tawa terdengar. Setelah ini, Naya pasti jadi bahan ledekan teman teman kelasnya.

Naya ingin melangkahkan kakinya pergi, sebelum Dimas menarik tangannya dan memeluk Naya, membuat sorak heboh makin terdengar orang orang yang menonton .

"Mas, udah donggg. Gua malu ini," kata Naya di dalam pelukan Dimas.

Lalu Dimas melepaskan pelukannya, dan mengusap puncak kepala Naya pelan. Lalu Dimas menggiring Naya sambil mendorong trolli berisi coklat batang itu menjauhi lapangan yang masih penuh sorak heboh.

Naya melepas genggaman tangan Dimas dari tangannya setelah berada di koridor sekolah.

"Lu random banget sih, ga ada angin ga ada ujan tiba-tiba kasih gua coklat," kata Naya

"Ya soalnya gua ga ada angin ga ada ujan kangen lu Nay," kata Dimas santai.

Naya menatap sinis Dimas, bukan jawaban itu yang Naya ingin dengar.

Naya menghela nafasnya. Baru bertemu lagi dengan Dimas malah membuatnya ia kesal.

"Gua serius Dimas." Rengek Naya mulai kesal

"Ya kalo udah serius, terima dong cinta gua!" Kata Dimas yang sukses membuat Naya membulatkan matanya.

-----

Ya udah Nay, sini dah coklatnya buat author aja :'

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang