Naya masih mengejar Dimas, sampai akhirnya Dimas mulai kelelahan dan berhenti. Kesempatan Naya untuk memukul Dimas lagi.
"Ampun Nay, maaf yaa..." Dimas meminta maaf.
Naya melipat tangannya di dada, lalu memutar bola matanya malas.
"Tapi, muka lu merah ya Nay?"
Naya menatap Dimas tak percaya, membuat dirinya memegang pipinya.
Dimas tertawa, gemas dengan ekspresi Naya.
Naya ingin memukul Dimas lagi, sebelum Remarsya, teman sekelas Dimas yang akrab disapa Rere, memanggil Dimas dan mendekat kearah Dimas dan Naya. Naya menurunkan tangannya yang sudah terangkat.
"Dimas, nanti jam tiga ya." Kata Rere dijawab acungan jempol oleh Dimas. Lalu Rere berlalu pergi.
"Lu janjian sama Rere, Mas?"
Dimas mengangguk
"Janjian kemana? Ada kerja kelompok?" tanya Naya penasaran
"Gua janjian di coffeshop." Jawab Dimas
"Ngapain?" tanya Naya mulai mengintrogasi.
Bukannya menjawab Dimas malah duduk di bangku panjang koridor, membuat Naya ikut duduk disebelah Dimas.
"Gua kerja Nay, di coffeshop om nya Rere."
Naya terkejut, Naya baru tahu soal ini.
"Hah? Lu kerja? Sejak kapan?? Kok gua tau?"
"Sejak mamah gua meninggal. Gua ga mau pake uang yang dikirim papah gua."
Naya mencari posisi duduknya yang nyaman, Naya mulai mendengar cerita Dimas.
"Tante Rima sama om Andre suaminya, sepakat untuk ngirimin gua uang tiap bulan untuk gua, karena mereka tau gua ga mau pake uang kiriman papah gua. Dan gua ga munafik, gua butuh uang itu buat uang sekolah dan tabungan gua. Tapi gua janji sama diri gua sendiri, gua bakal ganti uang tante Rima dan om Andre."
"Berarti, segala sesuatu yang lu kasih buat gua itu uang..."
"Itu uang tabungan gua, hasil dari kerja gua, Nay." Potong Dimas cepat
"Gua belum sempet bahagiain mamah gua, orang yang gua sayang. Jadi, gua mau bahagiain lu Nay, sebagai orang yang gua sayang. Dengan hasil jerih payah gua sendiri." Kata Dimas lagi
"Mas, gua ikut ke coffeshop ya?"
------
Dimas dan Naya sudah sampai di coffeshop pukul 14.45. Tadi, Dimas mengantar Naya pulang dulu untuk berganti pakaian sekolah dan berpamitan pada orang tua Naya. Dimas membuka jok motornya, lalu mengambil tas rajut hitam yang bergambar bola dan menaruh tas sekolahnya ke dalam joknya.
Lalu mereka berdua mulai masuk ke dalam coffeshop. Saat masuk kedalam, Dimas disapa oleh beberapa teman kerjanya, lalu memperkenalkan Naya kepada teman kerja Dimas.
Dimas menyuruh Naya duduk di salah satu meja yang berhadapan dengan meja barista. Sementara Dimas, berganti baju di toilet. Spertinya di tasnya terdapat baju salinnya.
Dan benar, beberapa menit kemudian Dimas keluar dari arah toilet dengan jeans biru dan kemeja hitam.
Dimas mendekat kearah Naya, sambil memasang apron berwarna abu-abu, Dimas tampak seperti barista.
"Lu jadi barista, Mas?" tebak Naya
"Kok lu tau?"
"Nebak aja. Emang lu bisa bikin kopi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...