22

73 13 2
                                    

Lomba bakiak selesai. Lomba ini dimenangkan oleh Dimas, Bayu, dan Gilvan. Meski tidak kompak diawal mereka mampu memenangkan lomba ini.

"Selamat ya kalian!!!" Naya memberi ucapan selamat ketika Dimas, Bayu, dan Gilvan sudah kembali ke pinggir lapangan.

"Sebagai tanda permintaan maaf gua karna gua udah lancang daftarin kalian lomba, gua mau traktir kalian bakso di kantin." Ucap Naya membuat Dimas, Bayu, dan Gilvan bersorak.

Naya, Dimas, dan Gilvan segera membersihkan wajah mereka  yang penuh dengan lumuran coklat di toilet.

Kemudian, mereka langsung menuju kantin. Setelah di kantin, Dimas, Bayu, dan Gilvan duduk di meja kantin yang kosong. Sementara Naya memesan bakso untuk mereka.

"Baksonya udah gua pesen." Kata Naya ikut duduk di samping Dimas setelah memesan bakso.

"Oh iya, dua hari yang lalu pas gua lagi beli martabak, gua ngeliat lu lagi makan mie ayam sama Siska Bay." Kata Gilvan membuka obrolan.

Bayu tiba tiba ditatap oleh Naya, Dimas dan Gilvan.

"Kenapa pada liatin gua sih?" Kata Bayu bingung

"Lu balikan sama siska Bay?" Tanya Naya meminta penjelasan.

Bayu membenarkan posisi duduknya "ya ketemuan bukan berarti balikan kan?" Bayu membela diri

"Udah si balikan aja." Kata Dimas santai

"Kenapa lu tiba tiba nyuruh gua buat balikan sama siska?"  Tanya Bayu

"Kalo lu ga balikan sama siska, gua mau gebet siska." Kata Dimas asal

"Yaudah lu ambil aja Siska. Gua gebet Naya." Ucap Bayu tidak mau kalah.

Naya menatap Bayu yang kini tertawa, karna sekarang Dimas menatap sinis Bayu yang tertawa.

"Wisss santai mas bro. Gua bercanda." Kata Bayu menjelaskan

"Ya kalo Naya mau sama lu, ya Gapapa. Gua bisa apa." Kata Dimas pasrah.

Naya tidak berkomentar. Apa benar, jika Naya bersama Bayu, Dimas tidak apa?

"Mana bisa sih lu Mas, jauh jauh dari Naya." Celetuk Gilvan "Naya itu Rumah buat lu. Sejauh jauhnya lu pergi, tempat lu buat pulang ya Naya."

Dimas bertepuk tangan takjub dengan kata kata Gilvan.

"Gilvan ini kata katanya luar biasa sekali." Puji Dimas

"Dan buat lu ya Bay," Gilvan menunjuk Bayu. "Hubungan yang lu jalin sama siska kan udah tahunan. Jadi kemungkinan buat balikan itu tujuh puluh persen. Itu sih, dari analisis gua ya."

"Terus tiga puluh persennya kemana?" Tanya Naya

Gilvan tampak berpikir. "Tujuh puluh persennya kesempatan buat balikan, tiga puluh persennya ya pura pura moveon."

Naya bertopang dagu "kayaknya otak lu tadi geser ya Van setelah kesandung bakiak?"

Gilvan tersenyum. "Ga geser, gua sebenarnya pinter tapi ya diem diem aja."

"Dah kita iyain aja ya. Biar Gilvan seneng."Kata Dimas yang langsung disetujui oleh Bayu dan Naya.

Gilvan ingin protes, sebelum akhirnya bakso yang mereka pesan datang.

"Ini, bakso dan es teh manisnya." Kata mba lia yang kerap disapa mba li. Mba lia meletakkan keempat bakso yang Naya pesan dan es teh manis ke meja dari nampan yang mba lia bawa.

"Makasih ya mba li..." Naya berterimakasih "oh iya, ini sekalian aku mau bayar." Naya mengambil uang dari tasnya. Belum sempat memberikan uangnya. Secara kebetulan Dimas dan Bayu bersamaan menyodorkan uang untuk membayar bakso yang Naya pesan ke mba lia.

"Biar saya yang bayar." Ucap Dimas dan Bayu hampir bersamaan

Mba lia bingung, mau mengambil uang yang mana.

"Ini mba. Pake uangku aja." Naya menyodorkan uangnya

Dengan bingung mba lia mengambil uang Naya dengan jumlah uang yang pas dengan jumlah harga bakso dan es teh manisnya. Tidak lama mba lia berlalu pergi meninggalkan mereka berempat.

"Gua makasih, kalian berdua udah mau bayarin. Tapi, sesuai janji gua, gua mau traktir kalian." Kata Naya menatap Dimas dan Bayu bergantian.

Tidak lama kemudian, mereka segera menyantap bakso yang dipesan Naya.

Sesekali Gilvan membuka obrolan dan di jawab oleh candaan membuat suasana makan siang mereka penuh dengan tawa.

Tiba tiba, Gilvan memegangi perutnya lalu mulai berdiri dari duduknya. "Kayaknya gua harus ke toilet. Bentar ya...." pamit Gilvan lari menuju toilet.

Tepat saat Gilvan pergi ponsel Bayu berdering tanda panggilan masuk. Bayu mengambil ponselnya dari saku celana lalu melihat layar ponselnya membaca siapa menelponnya. Bayu mengangkat bibirnya tersenyum. Lalu mulai menjawab panggilan itu dan berlalu meninggalkan Dimas dan Naya.

Naya memandangi punggung Bayu yang kian menjauh.

Siapa yang menelpon Bayu sehingga tiba tiba Bayu bisa tersenyum seperti itu? Apa itu Siska? Apa benar, Bayu benar benar ingin balikan dengan Siska?

Kedatangan Ajeng-- teman sekelas Dimas membuyarkan lamunan Naya.

"Nih Mas, kemarin lu beli bunga masih ada kembaliannya main pergi aja." Kata Ajeng menyodorkan uang duapuluh limaribu.

Ajeng ini mamahnya punya toko bunga. Kebetulan, Ajeng suka jaga toko bunga mamahanya.

Dimas mengambil uang kembaliannya "kirain gua uangnya pas."

"Buru buru banget sih lu Mas.." Kata Ajeng

Dimas tidak menjawab hanya menyengir.

"Beruntung banget sih lu Nay punya Dimas. Yang bisa kasih apa aja buat lu. Bahkan kemaren sampe beli bunga mawar sebuket." Kata Ajeng lagi membuat Naya kebingungan.

Bunga mawar sebuket? Kapan Naya menerima bunga Mawar itu? Kemarin Naya tidak merasa Dimas memberikan bunga untuknya.

Atau mungkin, urusan Dimas yang dimaksud Dimas saat tidak mau diajak mukbang seafood bersama Naya dan Bayu itu adalah urusan membeli bunga?
Jika iya, bunga itu untuk siapa?

Apa Dimas sudah mulai mencintai orang lain lalu memberikan bunga itu pada orang tersebut?

"Ya kalo Naya mau sama lu, ya Gapapa. Gua bisa apa."

Mendadak kata kata Dimas terngiang-ngiang dikepala Naya.

Bunga, dan seolah Dimas yang akan merelakan Naya. Apa itu pertanda bahwa Dimas ingin menyerah atas Naya? Apa perjuangan itu benar benar akan berakhir?

"Nay, Mas, gua balik dulu ya sama temen temen gua. Dahh." Pamit Ajeng meninggalkan Dimas dan Naya saat Ajeng mulai merasakan atmosfer yang berbeda.

Naya menatap Dimas butuh penjelasan sementara Dimas tidak menjawab, hanya tersenyum menyembunyikan sesuatu.

Apa setelah ini, Naya akan kehilangan Dimas?

------

Maafkan typo yang bertebaran 🙏 ❤




Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang