Antares Nandhatama Denoval (4)

657 435 336
                                    

Sebelum kau bertindak seorang Hydra sudah merasa
~Hydrangea~

































































4. Antares Nandhatama Denoval

Lampu yang meredup dan suara sepatu yang bertabrakan dengan marmer hitam mewah mansion itu menemani cowok tampan bak dewa Yunani itu melangkah.

Antares Nandhatama Denoval cucu dari seorang jenderal besar Denoval, wajah yang diatas rata rata rambut yang hitam kelam sekelam malam dan mata yang tajam bak elang membuat para insan yang memujinya tak pernah bosan.

Ares panggilannya mukanya yang garang menjelaskan semua sifatnya, kata tanpa ampun menjadi prinsip nya, karakter yang tegas selalu terpatri pada dirinya, cowok blasteran Australia-indo itu masuk kedalam ruangan bernuansa hitam menemui orang yang di tuju.

"Kamu sudah menemukan tanda tanda dimana keluarga 'Aconitum'?"
Pria yang sudah penuh kerutan di wajah nya dengan jas hitam itu menatap tajam cucunya.

"Belum"kata Ares datar.

"Ini sepertinya sudah serius makin banyak korban dimana mana dan kami susah untuk menangkap keluarga itu"

"Kita harus segera menangkap mereka kek, kalau tidak makin banyak korban nanti"kata Ares dingin.

"Kamu benar Antares, kita harus menangkap salah satu dari mereka sebagai umpan!"

"Langsung aja cingcang tubuhnya"

























Hydrangea✓

"Uhuk uhuk uhuk uhuk"starla memukul mukul dadanya rasa pedas di tenggorokan nya makin terasa perih.

"Pelan pelan bego, kayak ada yang mau bunuh Lo aja!"kata Lilian jengah, gadis itu memberikan air putih kepada starla.

Ramainya kantin siang ini di tambah panasnya matahari membuat pikiran starla semrawut seperti ada yang janggal dengan perasaan nya.

"Gu-gue pedes"starla gadis itu meminta Lilian untuk menuangkan air putih lagi kedalam gelasnya matanya merah dan bibirnya merah bukan karna warna tapi karna pedasnya cabai tersangkut di tenggorokan nya.

Lilian yang peka menuangkan air putih kedalam gelas sahabatnya itu dengan tidak ikhlas.

"Lo itu nggak ikhlas banget!"cerocos starla setelah menegak segelas air putih.

"Ye mending gue kasih kalo nggak mati keselek Lo"kata Lilian.

"Mending mati keselek dari pada mati karna tidak ikhlas!"

"Bodo"

"Lo-"

"Di kubur dimana nenek Lo?"suara itu membungkam mulut starla seperti ia pernah mendengar nya.
Wajah Lilian menjadi sedikit takut kantin yang semula ricuh menjadi senyap bahkan lalat yang tadinya terbang berhenti sejenak.
Lilian memberi kode kepada starla untuk menoleh kebelakang nya.

"Se-sen?"starla terlonjak melihat sen yang kemarin ia bohongi menatapnya tajam.

"Gue tanya nenek Lo di kubur dimana?!"kata Ares nge gas.

"Duh kayak motor di tanjakan aja pake nge gas"kata starla pelan.

"Coba bilang lagi!!"gertak Ares.

"Eng_____gak sen itu anu di_____"kata starla gagap

"Bukannya kalo orang mati di kubur di tanah ya ngga?"tiba tiba suara itu memecah suasana, cowok berwajah tampan itu menanyakan hal konyol kepada temannya.

"Alva jangan ikut campur dulu ya"kata sahabat nya.

"Alva nggak ikut campur Alva cuman jawab pertanyaan Ares!"ujarnya tak terima.

"Gue tau Lo bohong kan?!"bentak Ares.

Anak anak di kantin masih diam menonton tidak mau repot untuk membangkitkan sisi iblis Ares, mengingat betapa kejamnya Senior yang di juluki Sen itu.

"Sayaadaurusanpermisi"kata starla cepat tanpa titik koma dan langsung lari terbirit-birit seakan Ares adalah soang yang siap menggigit nya.

Kantin yang masih senyap akan pandangan kesal dari Ares hanya membatin.

"Sa-saya permisi sen"Lilian gadis itu menunduk lalu ikut pergi.





































Hydrangea✓

"Ya pemirsa jadi sekarang ini kita sedang terkena puting beliung pemirsaaaaaaaa  bisa di lihat di belakang saya pemirsa teman saya sudah beliung akut"kata Athalas heboh sendiri berlagak seperti reporter.

"Ihhh apasi aing kan lagi main hola hop bukan lagi kena angin puting beliung"ketus nano yang masih sibuk bergoyang goyang dengan hola hop nya.

"Ya kembali kepada Angga"sedangkan Angga hanya menatap datar Athalas.

Cuaca dingin sepertinya mengacaukann otak para anak Sagala, malam yang senyap tanpa bintang apalagi bulan membuat cafe racher base camp mereka terlihat sepi.

"Tata cara makan temen"celetuk Vano.
"Tuang kepercayaan dengan penghianatan, aduk dengan janji palsu, sajikan diatas penyesalan yang sudah pernah di percayai"lanjutnya.

"Ha? Makan temen?, Angga Alva takutt"ujar Alva sambil bergeser lebih dekat kepada Angga memberi jarak antara dirinya dan Vano.

"Kenapa VA?"tanya Angga, cowok penyabar itu menatap Alva serius.

"Masa vano mau makan temen!"kata Alva dengan polosnya membuat semua anak di bikin cengo.

"Kasian ngga masih muda"celetuk Daniel.

"Iya kesian"jawab Angga kesal dengan Alva,
Alvaro Arjuna adalah cowok dengan wajah di atas rata rata sayangnya seorang Alva itu adalah cowok yang polos walaupun banyak yang suka dengannya tapi alva tidak peka walaupun begitu kepopuleran Alva hampir menyamai kepopuleran Ares.

Ares dengan santainya masuk kedalam cafe tanpa mempedulikan banyak mata anak Sagala yang menatapnya takut, cowok itu menatap datar lurus ke depan lalu duduk disamping Angga.

"Apa?"tanya Ares agak menusuk setelah duduk.

"Eng-enggak bos enggak!"cengir Daniel.

"Eh Ares mau makan apa?"tanya cossete yang tiba tiba datang karena melihat Ares wanita seksi dengan dress merah ketat itu tersenyum kepada Ares, cossete adalah pemilik cafe racher.

"Gak Tante"kata Ares datar.

"Kalo begitu Tante pergi dulu ya, kalo kalian butuh apa apa tinggal panggil Tante oke?"kata cossete kepada anak anak Sagala.

"Ikan hiu makan tomat"celetuk Athalas tiba tiba berpantun.

"CAKEPPPPPP!!!"Jawab seluruh anak serempak kecuali Ares.

"Iya dong Tante cantik"lanjutnya.

"Gak nyambung njing gak nyambung!"protes mereka membuat Athalas menyengir tak berdosa.
Cossete tersenyum lalu beranjak dari sana.

"Ares!"panggil Alva, Ares hanya mengangkat satu alisnya menanggapi.
"Alva mau tanya"

"Hm"Ares hanya berdehem masih menatap datar Alva.

"Kenapa kalo kipas angin udah nengok ke kanan ke kiri tapi kok nggak pernah nyebrang ya?"tanya Alva, Sontak seluruh anak berdiri dari duduknya lalu keluar cafe bersamaan meninggalkan Alva yang masih menatap bingung.
























Hydrangea✓

Hydrangea✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang