Istana Pasir (49)

84 16 0
                                    

🦋🦋
____________

49. Istana Pasir.

Ares menatap datar Bumi yang sudah siuman itu selalu menggombali Starla membuatnya jengkel.

"Makasih Res lo udah sayang sama gue".celetuk Bumi.

Mereka bertiga duduk dikursi taman rumah sakit dengan Starla ditengah-tengah kedua cowok itu.

"Gue cowok normal dan gue nggak sayang sama lo".ujar Ares datar, cowok itu sudah membaik terlebih sudah ada donor ginjal untuknya kemarin kini hanya Bumi yang masih memakai baju pasien.

"Bukan gitu njing! maksud gue, makasih lo nggak benci sama gue setelah apa yang gue lakuin!".ketus Bumi.

Ares mengangguk pelan.

"Lo kakak gue apapun yang terjadi gue bakal ada buat lo dan berbagi apapun sama lo".ujar Ares.

Starla tersenyum mendengar itu.

"Kalian mau ngobrol berdua biar gue pergi".kata Staral hendak beranjak dari kursi itu namun, kedua tangannya ditarik oleh mereka berdua membuatnya terduduk kembali.

"Gak!".ujar mereka berbarengan.

"Gak usah pegang-pegang lo ini calon istri gua!".ucap Ares sambil menempis tangan Bumi dari tangan Starla.

"Kuliah aja belom berangkat udah calon istri an aja lo nggak nggak ada nggak ada!".kata Bumi.

"Iri? bilang lo!".ketus Ares.

"Udah Star sama gue aja nanti kalo Ares udah berangkat ke Prancis kita ekhem-ekhem yang kemarin dilanjutin!".kata Bumi seenak jidat.

Pletak!

Ares menjitak kepala Bumi, cowok itu meringis.

"Berani lo sentuh Starla gue buang lo ke jurang".

"Katanya bakalan berbagi apapun berarti Starla boleh dibagi dong".kata Bumi sembari merangkul gadis itu.

"Kecuali".Ares menempis kasar tangan Bumi.

🍒🍒

Ares menatap birunya pantai itu dan matahari yang rupaya sangat ceria siang ini.

"Ares ayok main air!!".Starla mencipratkan air kearah cowok itu.

"Nggak boleh nanti sakit".kata Ares seperti sedang menasehati anak kecil.

"Ihhh nggak seru ah masa dipantai nggak boleh main air, terus kenapa lo ngajak gue kesini?!".Starla cemberut melipat tangannya didepan dada.

"Buat istana pasir?".Ares menunjukan sekop kecil biru itu.

Starla mengangguk pelan.
Gadis itu dengan sangat serius membangun istana nya sebagus mungkin.

Ares menahan tawa melihat wajah Starla yang sangat imut itu, dia menjadi tidak yakin bahwa Starla anak dari seorang pembunuh atau jangan-jangan gadis ini anak pungut?. Ah, tidak-tidak wajah bisa menipu Starla sangat mirip dengan Vasca ibunya.

"Loh punya lo mana?, punya gue udah jadi loh".ujar Starla sombong.

"Punya gue ini!".Ares menunjuk istana pasir gadis itu.

"Ih nggak boleh lah!".

"Boleh!".

"G!"

"Blh!"

"Nggak bisa adu singkat kalo sama lo!".kesal Starla.
"Yaudah, gue kamarnya disini!".kata Starla sambil menunjuk bagian dari istana itu.

"Gue disini".Ares menujuk bagian yang sama.

"Ihhh nggak boleh lah! Nggak boleh satu kamar!".

"Boleh kan kita mau nikah".

"Ish! kan mau, berarti belom dong".

Ares mengangguk pelan merogoh ponselnya disaku celana itu, mencari sesuatu lalu mendekatkan ponsel berlogo apel itu ditelinga.

"Hallo kek!, Ares mau nikah lusa".ucap Ares seenak jidat.

Starla sontak mencubit lengan cowok itu.

"Awwww".ringis Ares.

Starla memandang pantai luas itu menghirup udara sejenak.

"Gue....kangen Lilian".celetuk Starla.

Ares bungkam, cowok itu mengacak gemas rambut Starla.

"Besok gue berangkat ke Prancis".







Hydrangea✓

Hydrangea✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang