Panah (22)

168 113 215
                                    

Starla Hydrangea Aster
Aconitum mafia

........................

23. Panah.

Sabtu pagi cerah ini membuat hawa beku di puncak Starla keluar dari tenda dengan lima lapis baju yang menghangatkan tidurnya.

Gadis itu mengulet.

Krekk!

"Duh tulang gue rontok?." gumamnya.

"Pagi Star!." celetuk Lilian gadis itu terlihat berkeringat dengan jaket tebal dan gaya rambut dikuncir kuda seperti biasa.

"Habis berburu kuyang puncak lo?." tanya Starla.

"Kan kita disuruh untuk meregangkan badan dan latian buat tes ini sama Sen Ares, lo aja yang baru bangun!." ujar Lilian

'Aduh mati gue'.batin Starla.

"Fiks! Di ulek lo sama Sen Ares!." kata Lilian menakut-nakuti.

"Ma-mana gue tau!."

"Jadilah rendang Starla kecap!."

"Liliannnnnn!!!!."

**

Para Anggota pleton sudah berbaris rapi dengan baju oblong hitam dan celana hitam, para senior sudah siap memberikan kegiatan untuk mereka tidak tepatnya penyiksaan.

"Baiklah sabtu pagi tepatnya jam 07.30 ini kita akan ujian tes fisik sebelum besok kembali ke rumah masing-masing." ujar Adit.

"SIAP SEN!." kata mereka berbarengan.

Semua anggota wajib membawa satu ember ukuran besar berisi air penuh melewati lumpur.

"Kok saya di kasih dua ember?." kesal Starla kepada Ares yang hanya menatap datar.

"Siapa yang tadi pagi masih tidur padahal yang lain latihan untuk tes fisik ini?." tanya Ares datar.

"Ck gak adil nih Sen gak adil!." keukeuh Starla.

"Kerjain sekarang atau gue tambah lima ember!." gertak Ares.

Bruk!

Starla meletakan dua ember itu.

"Adil tetep adil!, pokoknya saya nggak mau." ujar Starla.

Ares menatap datar gadis itu sejenak, senyum miring tercetak di bibirnya.

"Oke, gue terima kritik lo!..... Tapi, gimana kalo kita ganti dengan memanah?." kata Ares tersenyum meremehkan.

Starla tertegun sejenak, kemudian gadis itu melipat tangannya didepan dada sambil tersenyum miring.

Ares pikir ia hanya gadis manja yang bahkan tidak bisa memegang panah dengan benar?, jangan salahkan Starla gadis itu bahkan sudah pernah memenangkan juara 1 lomba memanah pada umur 9 tahun.

"Oke, siapa takut!." ujar Starla.

Ares dan Starla sudah memegang panah masing-masing dan tiga anak panah.

"Satu anak panah untuk sasaran yang dipapan itu!," Ares menunjuk papan panah itu yang berada di pohon pinus.
"Satu..... Untuk buah pinus diatas sana," Ares menunjuk buah pinus yang tumbuh cukup tinggi disekitar dahan pohon pinus.
"Satu untuk buah apel yang dilempar!" lanjutnya.

Starla mengangguk pelan, para anggota pleton yang tidak mau melewatkan acara langka ini duduk rapi disekitarnya.

Starla menarik panah itu, matanya sangat jeli tak lepas dari sasaran yang menepel dipohon pinus, saat jemari lentiknya melepaskan anak panah....

Blash...

Tab!...

Tepat sasaran panah itu mendarat tepat ditengah bundaran merah.

Prokkk....

Prok!!!

Prok!!

Prok!!

Tepuk tangan terdengar menggema.

Kini giliran Ares, cowok itu mulai melihat sasarannya dengan menutup satu matanya.

Blash....

Srekk...

Tab...

Apa yang terjadi!, tidak mungkin anak panah bergerak begitu halus menembus hembusan angin yang dilepaskan Ares membelah anak panah milik Starla.

"Nggak mungkin." gumam Starla.

Prok!!

Prokkk!!

Prok!!

Sorakan serta tepuk tangan itu menyanjung Ares, cowok itu melirik tersenyum miring sedangkan Starla yang hanya mendesis sebal.

Sekarang giliran tiga apel yang di lempar bersamaan.

Starla bersiap memegang anak panahnya.

1

2

3

3 apel itu dilempar bersamaan Starla memincingkan matanya dirasa sudah pas, jari lentiknya melepaskan satu anak panah itu.

Jleb!

Jleb!

Jleb!

Satu panah itu berhasil menembus 3 apel sekaligus apel itu tertancap di anak panah milik Starla, Starla tersenyum bangga.

Sorakan menggema disini.

'Skill nya boleh juga'.batin Ares.

Sekarang giliran Ares, 3 apel itu dilemparkan bersamaan.

Srek....

Mustahil! dengan satu anak panah tiga apel yang dilempar sembarangan terbelah sempurna selaligus tidak ada yang tertancap satupun.

Starla melongo.

Ares sudah terbiasa memegang benda tajam ini sejak umur 7 tahun jelas saja itu hal yang mudah.

Kini tinggal buah pinus yang berada cukup tinggi diatas pohon.

Starla menarik anak panahnya memincingkan matanya.

Blash....

Meleset! Anak panah itu malah mengenai batang pohon sehingga batang itu runtuh.
Starla menutup matanya sebentar lagi batang itu menghantam tubuhnya.

Ares meringis, punggungnya di hantam oleh batang kayu cukup besar itu, tubuhnya jelas merengkuh melindungi tubuh kecil gadis itu.

"Sen Ares."

Hydrangea✓

Hydrangea✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang