#page two.
Aku ingin lama memilikimu,
Namun kita hanyalah hati yang usang menunggu mati. Aku juga tak bisa tanpamu di sisiku, tapi kita telah menghilang tergilas waktu.Aku ingin mengemis,
Biarlah kita tetap disini. Berdiri di tepian hati. Walau hanya mendengar suaramu dari kejauhan, walau hanya melihatmu menari bersama tarian rindu dalam kelam. Namun semua itu telah terlambat, biarlah luka memberi tanda di dinding hati, membekas tidak dapat hilang, kenang-kenangan bahwa aku pernah ada.✧
Levi's POV.
Hari ini Mikasa datang ke rumahku bersama dengan Jean. Benar, mereka berdua memang sudah menikah sejak 8 tahun yang lalu dan memiliki seorang anak perempuan bernama Mirabel Kirstein yang juga satu sekolah dengan Ravel meskipun mereka berdua berbeda 2 tingkat.
"Tidak seperti biasanya,"
"Jean mengajakku untuk pergi mengunjungimu. Sudah lama sekali sejak kematian Armin 1 tahun yang lalu aku tidak pernah pergi keluar rumah lagi, Jean bilang bahwa aku harus keluar dan menghirup udara segar, maka dari itu dia mengajakku untuk pergi kesini."Aku meneguk secangkir teh milikku lalu melirik ke arah Jean, "Hm... semua berlalu dengan begitu cepat. Bagaimana kabar Connie sekarang? Sudah lama sekali aku tidak melihat si botak itu." Jean menikmati secangkir kopi yang di sajikan oleh pembantuku untuknya sebelum menjawab pertanyaanku barusan. "Dia baik-baik saja. Dan sekarang dia sudah memiliki 3 orang anak." Aku tertawa pelan. "Benarkah?" Jean menganggukkan kepalanya.
"Si pak tua ini juga memintaku untuk menambah beberapa orang anak lagi. Dia bahkan berniat untuk menjodohkan putriku Mirabel dengan Ravel." Aku membulatkan mataku terkejut saat mendengar ucapan Mikasa.
"Sayang, sudah ku katakan bahwa aku hanya bercanda." Mikasa menjulurkan lidahnya pada Jean. Sementara aku hanya bisa memejamkan mata sambil menggelengkan kepala terheran-heran pada pasangan di hadapanku ini.
"Bagaimana dengan Raegan? Apa kau sudah berbaikan dengannya? Ku dengar dia akan mengikuti ujian kelulusan sebentar lagi." Aku mengangguk pelan. "Benar, si bocah itu-" Ucapanku terhenti lalu menghela nafas pelan. "Dia masih sama seperti hari-hari kemarin." Sambungku.
"Bukankah sebaiknya, kau menjelaskan kepada dia bagaimana usahamu untuk tetap bertahan hidup dan kembali kepada mereka. Jika memang Y/N sudah tiada, tidak sepatutnya ia membenci dirimu seperti ini. Semua terjadi karena itu adalah takdir, benar 'kan?" Jean mengangguk setuju dengan apa yang Mikasa ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
when i became Mrs. Ackerman
Fanfiction[SELESAI] teruntuk kau 15 tahun yang lalu, kurangkum tentang kita dalam cerita ini, tentang kita yang tidak akan pernah hilang, tentang aku yang merasa beruntung atas dirimu, tentang segalanya atas diri kita. ⚠ WARNING 18+ cerita ini mengandung unsu...