36 - lost

5.3K 537 62
                                    

"Did i fail, be the bestfor you?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Did i fail, be the best
for you?"

Levi.

Aku terduduk di depan sebuah ruangan, bersama dengan Alsean, yang tengah menggendong Raegan saat itu. Sama persis seperti satu tahun yang lalu. Saat aku menunggu Y/N yang tengah menjalankan operasi di dalam sana.

Aku melirik ke arah Alsean sekilas dan kembali mengalihkan pandanganku ke arah lain. Alsean awalnya menatapku dengan penuh tanda tanya saat aku mengatakan bahwa Y/N mengalami pendarahan, lalu dia benar-benar terkejut saat mengetahui bahwa Y/N sedang hamil dan aku adalah suaminya. Dan sempat terjadi perdebatan di antara kita berdua.

Tapi bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan tentang hal itu, yang terpenting adalah kondisi istri dan juga anakku di dalam sana. Aku salah besar, aku melibatkan dia di dalam permasalahan masa laluku. Menempatkan dia dalam posisi seperti sekarang ini.

Aku melihat pintu ruangan terbuka sedikit dan memperlihatkan Hange sambil membawa sebuah berkas di tangannya. Ia menyerahkan berkas itu kepadaku, saat aku melihat isi di dalamnya.

'Surat persetujuan aborsi'

Aku membulatkan mataku, terdiam cukup lama dan menatap ke arah Hange. "Apa maksudnya?" Tanyaku.

"Levi, kandungan Y/N sudah sangat lemah dan sulit untuk dipertahankan. Mau tidak mau kau harus segera mengambil keputusan, kita tidak memiliki waktu banyak, kondisi Y/N semakin menurun." Aku menatap surat di tanganku, tanpa sadar air mata mengalir begitu saja. "Levi..." Panggil Hange sekali lagi.

"Y/N pasti akan mengerti."

Hange memberikan sebuah pulpen kepadaku lalu memintaku untuk menandatangi surat itu sekarang juga. Dengan sangat terpaksa dan juga kondisi jari yang sangat gemetar aku menandatanganinya.

"Selamatkan istriku."

Hange menganggukkan kepala pelan, "Aku akan berusaha semampuku." Setelah menyerahkan surat itu padanya, Hange langsung masuk ke dalam. Sementara aku hanya bisa menundukkan kepalaku lemas. Apa yang akan aku jelaskan pada Y/N nanti, terutama pada kedua orang tuanya.

"Levi,"
Panggil Alsean pelan. "Aku memang membencimu, tapi kau sekarang adalah suami dari adikku dan ayah dari keponakanku. Bisa kah kau tetap kuat menerima ini?" Tanyanya.

Tidak,
Jauh dalam hati aku menjerit tidak. Kehilangan seorang anak bukanlah satu hal yang mudah untuk aku relakan begitu saja. "Jika kau lemah saat ini, siapa yang akan menguatkan Y/N nanti?"

Aku tidak mejawab. Perasaanku kalut, aku baru saja mengalami hal terberat di dalam hidupku. Aku melirik ke arah Raegan secara tiba-tiba karena dia menangis dengan kencang.

Aku mengambil alih Raegan dalam gendongan Alsean, bangkit dari dudukku dan mengusap-usap punggung Raegan agar tangisnya berhenti seperti apa yang biasanya di lakukan oleh Y/N.

when i became Mrs. AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang