54 - don't worry

4.3K 454 246
                                    

"Everything that comes will be lost, either me or you, aren't we just here to wait our turn?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Everything that comes will be lost, either me or you, aren't we just here to wait our turn?"

Brakkk!!!

Hari itu, aku merasa dunia tidak berpihak kepadaku. Aku merasa telah kehilangan segalanya. Tidak ada senyum di bibir putraku, tidak ada tanda-tanda kepulangan suamiku, aku merasa semuanya telah berakhir. Dan kondisiku, semakin buruk seiring berjalannya waktu.

Aku terjatuh di lantai,
Dengan wajah penuh bersimbah darah. Merasakan sakit pada dada dan juga tulang belakangku yang teramat sangat, membuatku tidak bisa lagi bergerak.

 Merasakan sakit pada dada dan juga tulang belakangku yang teramat sangat, membuatku tidak bisa lagi bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Levi..."

Aku mendengar suara decitan pintu yang terbuka bersamaan dengan langkah-langkah kaki bergemuruh mendekat kepadaku. Aku melihat kak Alsean yang langsung mengangkat tubuhku perlahan-lahan sambil membulatkan matanya terkejut. Ia dengan cepat memindahkan aku ke ranjang tidur.

"Mamaaa..."
Raegan masuk ke dalam kamar dengan wajah yang memerah dan kedua matanya berlinang air mata. Ia melihat kondisiku yang sudah sangat miris sekarang ini. "Paman, apa yang terjadi?" Tanya Raegan dengan nada suara yang lumayan kencang.

"Kau tetap disini, aku akan memanggil dokter Thomas sekarang. Tetap awasi kondisi ibumu." Kak Alsean segera beranjak dari kamarku untuk memanggil dokter Thomas, meninggalkan aku bersama dengan Raegan di dalam sana.

Setelah kak Alsean pergi, aku sibuk mengamati wajah putraku yang tengah menangis di hadapanku saat ini.

Dengan tangan sedikit bergetar, aku berusaha untuk mengusap wajah tampan putraku. Tidak bosan aku memandanginya sambil terus tersenyum. "Hei," Panggilku padanya. Dia menggenggam sebelah tanganku yang menangkup pipinya penuh dengan derai air mata.

"Kenapa kau terlihat begitu lemah? Bukankah kau bilang padaku bahwa kau akan menjadi pria yang kuat?" Raegan menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil mempererat genggamannya pada tanganku. "Tidak untuk kali ini."

"Kumohon... Jangan tinggalkan aku..."

Aku menarik senyum tipis. "Aku tidak meninggalkanmu, aku masih berada disini. Di hadapanmu."

when i became Mrs. AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang