BAB 10: JUALAN

1.1K 168 5
                                    

Langit memegang nampan berisi combro, Gio martabak telur, Nurul memegang wadah plastik, Kinan dengan seruan bersama Raka. Mereka jalan di koridor mencari mangsa.

"Saranghae, saranghaeyoo," ucap Kinan riang pada kumpulan siswi SMP.

Raka menyikut pinggang Kinan. "Saranghaeyo itu artinya: aku cinta kamu!"

Kinan mendelik. "Carombro gaes!"

Raka mengetuk dahi.

Gio dan Langit di belakang saling membuang muka.

"Kelas delapan SMP suka rame, apalagi lu Raka, tenar si oppa sejagat SMP! " usul Nurul antusias.

"Ayo!" setujunya.

"Haii, anak-anak carombrona mau?" tawar Kinan riang memasuki kelas dua SMP.

Langit dan Gio sibuk memegang nampan dagangan.

Pelajar berkumpul di kelas bersama tawa menikmati masa rehat. Kinan sibuk oleh seruan terus mempromosikan namun mereka tak acuh. Sebagian dari siswa berlarian dengan sapu saling pukul dengan siswi.

"Combro rasa cintaa!" tawar Kinan mengerjap mata pada seorang siswa tampan bersama kumpulan temannya di pojok.

"Adek ganteng, dijamin pasti makin kesengsem pacarnya," rayu Kinan.

Raka menyikut pinggang Kinan rada tekan. "Bukan gitu. Yang ada pembeli takut!"

Kinan nyengir.

Keempatnya berkeliling menyusur kelas A hingga F dari kelas ke kelas. Seruan Kinan terus terdengar namun lambat kian meredup berganti suara parau. Dagangan mereka tak ada pembeli. Padahal SMP adalah penglaris karena keposisian Raka sebagai most wanted-nya. Namun semuanya tak sesuai harapan. Kinan capai habis harapan, lelah melambaikan tangan pada kumpulan siswa yang berkumpul di koridor.

"Keknya strategi kita salah." Raka membuyarkan keheningan pada ketiga temannya yang tepar di lantai koridor sekolah.

Gio dan Langit duduk saling membelakangi punggung.

"Gue laper," Kinan mengambil combro di nampan Langit lalu melahapnya memejam mata.

"Ciloknya, Kakak!" seruan Wulan dari lapang bersama kelompoknya. Sekejap, siswi berkumpul bersama di koridor langsung bergerumul.

Raka merasa iri. Dia menegangkan rahangnya disusul gigi gemeretak menatap tim Wulan dan siswa sawo matang tampan di sana.

"Apa pun itu, kita harus semangat! Jangan nyerah!" Raka berdiri memberi semangat.

Ketiga temannya tepar di lantai mencongak tak semangat.

Langit berdiri lunglai.

"Biar gue yang jadi promotor. Kinan, lu pegang nampan!" Langit menyodorkan nampannya.

"Suara gue habis." Kinan parau setengah suara.

"Berangkat!" seru Langit antusias lagi.

"Combronya, Martabak telur, siapa yang mau. Hari ini harganya seribuann!" seru Langit memasuki kelas sepuluh dengan buku penjualan dibentuk seperti pengeras suara.

Ramai. Di kelas kebanyakan adalah siswi sekejap berbinar melihat siswa futsal mengarah pada Gio. Siswi pasang mata sekejap bergerumul pada mereka.

"Mau, Kak!"

"Mau, Kak!"

Gio menaruh nampannya di meja mulai membungkus satu-satu.

Langit tak ada tugas, duduk di kursi merhatikan teman-temannya bergulat melayani. Langit memicing sinis.

Garis Langit [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang