BAB 34: TERGEMING

503 75 4
                                    

"Tingtong! Diberitahukan untuk seluruh siswa-siswi menuju lapangan karena akan diadakan upacara bendera," alarm pagi  pemberitauan dari pengeras suara di dinding kantor lantai dua.

Langit merapikan syal oren berdiri bersama deretan temannya bersiaga di luar tepatnya di belakang berlindung dari bawah pohon.

Semua pelajar bergerumul secara bersamaan menuju lapangan. Nampak bosan, jengah, dan campur aduk. Langit melihat Gio melambaikan tangan padanya saat menuruni tangga lekas menuju dia.

"Aku di sini ya, di belakang." ucap Gio.

"Boleh aja." Langit mengiyakan.

Semua pelajar mulai berbaris memenuhi lapang hingga upacara mulai digelar. Langit menyandar pada dinding pagar sembari merhatikan setiap pelajar kiranya ada yang sakit. Gio di depan beberapa kali memutar pandangannya pada Langit (Apa dia akan berakting pingsan lagi?).

Langit mengenakan topi biru PMR bersamaan kemeja merah lengan panjang dengan logo palang merah dibelakang punggung, sebuah name tag atas saku baju, sebuah pin palang merah dan lencana. Semua itu diserasikan oleh syal oren dilehernya yang membentuk segitiga di belakang.

"Sttt!" Gio mendesis pada Langit

Langit menoleh lekas menghampiri Gio.

"Apa?"

"Aku mau ke UKS!" kata Gio.

"Kamu sakit?"

"agak pusing dikit."

"Ya udah jangan dipaksain. Yuk, ikut aku!" Langit menuntun Gio.

Kinan menoleh sekilas ke arah Gio disusul senyum nakal.

"Dasar Gio. Akting, 'kan?" tukas Kinan menyandar ke pagar besi.

"Gi, duduk dulu, aku bikinin teh manis ya. Kamu itu anemia. Tekanan darah kamu itu rendah." imbuh Langit hendak keluar namun Gio merangkul lengan Langit hingga tak melanjutkan langkahnya.

"Aku cuma mau kamu temenin aku, kok. Udah, itu aja." pinta Gio menarik lengan Langit agar duduk bersama diantara patung anatomi di meja.

"Kamu gagah banget, sih. Pake kemeja itu kek misi penyelamatan yang ada di-TV." puji Gio.

Langit senyum sipu, "Masa, sih."

"Emmm."

Gio merapatkan punggung tangannya ke dahi Langit memastikan Langit tak demam sudah sembuh.

"... maaf," bisik Gio.

"Ya udah, tunggu dulu, ya. Aku mau ambil air teh manis. Berapa sendok gulanya?"

"Gulanya dikit soalnya udah manis sama kamu." Gio gombal.

Langit baper. Segera menuju dapur kantin. Dia menyeduh teh dalam gelas bening ditaruh ditatakan gelas dari ukiran kayu. Langit senyam-senyum sembari menuang gula satu sendok kedalam gelas lalu mengisinya oleh air panas dari ketel yang dia panaskan di kompor.

Langit mengaduknya oleh sendok kecil mencicipinya setetes dirasa manisnya pas tak kelebihan.

Langit jalan menuju UKS. Anwar muncul menjegatnya dimulut pintu membuat Langit terjatuh bersamaan dengan gelas pecah kelantai. Anwar tawa puas.

Garis Langit [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang