Hari yang cukup terik untuk hari Senin. Dan itu cukup mengacaukan mood gadis yang sejak tadi berdiri di lapangan luas ini menunggu namanya disebut dalam pembagian kelas.
Kakinya pegal berdiri terus sejak tadi, ia meregangkan tubuhnya sedikit mencoba bersabar.
"Kenapa? Capek, ya? Kalo capek duduk didepan!" tegur seorang laki-laki yang sepertinya bukan seorang guru.
"Nggak kok, pak." jawabnya menggeleng dengan wajah bingung.
Apa sih orang ini nih, gak jelas banget?! Pikirnya keki saat orang itu berlalu begitu saja.
"Gak jelas!" cibirnya melengos, tapi kemudian jadi menegak kala mendengar namanya dipanggil.
Gadis itu segera maju, berbaris di belakang siswa lain yang sepertinya akan jadi kelas barunya.
X-3, huh.. Kenapa gak sesuai ekspektasi nya???
Setelah semua nama anggota kelas itu dibacakan. Mereka mulai beranjak dari lapangan.
Dipandu dua orang kakak kelas yang sepertinya anggota OSIS menuju aula.
"Semoga temen gue gak aneh-aneh," pintanya dalam hati.
--**--
"Pokoknya setelah kalian bisa mulai kumpulkan tanda tangan dari kakak-kakak OSIS nya yang panitia MPLS. Harus lengkap, ada nama kelas dan jurusan sama ekskul nya juga. Ditulisnya dikertas!" kata kakak didepan aula itu membuatnya jadi mengerjap beberapa kali.
Antara tidak mengerti atau terpesona. Itu kakak ketua osis atau bukan ya?? Ganteng banget bikin dia salah fokus.
Ada kesan dingin di garis wajahnya yang lembut itu. Ditambah dia punya rahang tegas.
Duhh.. Meleleh bund..
"Sekarang coba kalian kenalan sama temen kalian di sebelah kanan, kiri, depan sama belakang. Harus tau namanya!" kata kakak itu lagi, tapi dia sama sekali belum sadar dari keterpesonaan.
Sampai sesosok tubuh didepannya berbalik, membuatnya jadi makin tersadar.
LAH YANG INI MAH LEBIH GANTENG!!
"Gue James," ucap cowok itu menyodorkan tangan membuatnya menahan nafas kaget.
KOK UDAH NGEGAS AJA?!!!!
James mengernyit heran, melambaikan tangannya didepan gadis yang merupakan teman sekelasnya itu karena mereka satu kelas duduk dalam satu kelompok yang dibagi dua baris, "heyy.."
"Ha? Ah, apa?"
James jadi tertawa pelan, membuat gadis itu menggigit bibir dalamnya menahan teriakan karena merasa gemas, "nama lo siapa?" tanyanya mengulang.
"Helena! Helena Jihan Anggraina," jawabnya cepat.
James mengangguk, kemudian kembali ke posisi semula menghadap depan. Membuat Helena diam-diam merasa kecewa.
Udah?? Gitu doang??!!
"Eumm.. Mba, namanya siapa?" tanya orang di sampingnya membuat Helena jadi menoleh.
"Kok jadi pada nanyain nama?" tanyanya tak paham.
"Itu tadi kan disuruh sama kakaknya yang didepan suruh nanya nama orang didepan, belakang, kanan sama kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Подростковая литератураKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...