Jam untuk mata pelajaran seni budaya terasa senyap. Semuanya terasa seolah mengantuk.
Tak ada yang ngobrol sampai terdengar oleh guru yang mengajar didepan kelas. Tak ada celetukan-celetukan mengundang hinaan.
Semua terlihat tenang. Sampai guru yang mengajar didepan keluar dari kelas sambil menjawab telepon.
Lioni yang sejak tadi menaruh kepalanya diatas meja karena tiba-tiba pusing mendengus pelan.
Gadis itu mengubah posisi kepalanya. Menutup mata berharap pusingnya bisa hilang.
"Ni, gak papa?" tanya Karina.
Melirik gadis kalem itu kini tampak pucat dan lesu.
"Pusing."
"Ke UKS aj—eh, loh! Ni, kok merah gini sih mukanya?!" seru Karina panik.
Semuanya jadi menoleh, menatap heran wajah Lioni. Hening beberapa saat.
"Guys, leher gue kok gatel-gatel, ya?" ucap Wita memecah hening.
"Lah, lu kan emang kegatelan, Wit!" sahut Jeno tanpa dosa.
Satu kelas sontak tertawa, kecuali Wita yang langsung melempar buku terdekat pada pemuda itu.
"Awas aja ya lo, gue sebarin lo kencan sama Wahyu!" serunya sebal.
Dan detik kemudian gadis itu menepuk bibirnya sendiri. "Eh! So-sorry, Yu, keceplosan.." katanya sambil meringis kearah Wahyu yang wajahnya sudah merah padam.
"Anjir ya lu berdua, pacaran gak bilang-bilang!!" seru Yujin tak santai.
"Jen, lo kalo gak mau dimintain peje bilang. Tapi gak sembunyi gini!" sahut Giselle dengan wajah datar.
Jeno menghembuskan nafasnya, dalam hati sibuk merutuki mulut gatal Wita yang tanpa rem.
Matanya melirik sebentar pada Wahyu seolah meminta izin, dan yang didapatinya. Gadis itu mengangguk saja.
Ditambah ekspresi wajahnya yang seolah butuh pertolongan karena tatapan anak perempuan dikelas terarah padanya.
"Gue pacaran," jawab Jeno.
"Baru dua minggu, tapi kaya masih penyesuaian. Makanya backstreet dulu," jelasnya.
"D-dua minggu?!" Yuki menganga tak percaya.
"Lo beneran semiskin itu kah, sampai peje ngaret dua minggu?!" cerca Helena memicingkan matanya.
"Yang mau ngasih peje lo semua siapa astagaaa..." Jeno keki!
"Orang miskin dikelas ini ganti jadi Jeno, woy!" kata Aji mulai kompor.
"Ck, lo semua gak punya duit sampe segitunya minta traktiran?!"
"Elo yang gak punya duit, Don—"
"Nanti dulu ributnya! Ini mukanya Lioni makin merah!!" potong Karina dengan wajah kembali panik.
"Singa kenapa sih?" tanya James mengernyit bingung.
Lioni tak menjawab, terlalu lemas.
"Gak tau! Alergi apa, ya?" tanya Karina bingung.
"Tadi makam apa?" —-Haechan.
"Makan tolol! Ngeri amat makan disambungin ke makam!" umpat Yuki sebal.
"Lioni tadi bawa bekal ikan laut," ujar Naya.
"Nah, iya. Tadi gue juga makan bekal Lioni, leher gue gatel apa karena itu juga, ya?" sahut Giselle sambil mengusap lehernya yang memang nampak merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Dla nastolatkówKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...