Yaya berlari memasuki kelasnya. Pemuda itu berhenti ditengah kelas dimana teman-temannya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Assalamualaikum ya ahli kubur!!!!" serunya sambil merentangkan tangan.
Pemuda itu mendecak, menatap seisi kelas sambil berkacak pinggang. "Kafir semua, gak ada yang jawab!"
Galih mendongak, mengalihkan pandangannya dari HP ditangan.
"Waalaikumsalam ya ahli neraka," jawab si jangkung itu membuat Yaya mendelik.
James yang mendengar itu tertawa keras. Yujin sudah berdiri, bertepuk tangan sambil membungkuk kearah Galih seolah menunjukkan rasa hormatnya.
"Mampusin jangan?" tanya Rendi yang duduk dikursi guru bersama Jeno yang duduk dibawah papan tulis.
"Kasian.." balas Jeno membuat Yaya mengumpat.
"Emang kelas ini tuh kelas Jahanam!" dengus Yaya sebal.
Susan yang sejak tadi memerhatikan sambil menopang dagu jadi melengos.
"Sekaliii aja, datang gak usah nyampah bisa gak, sih?! Lakuin sesuatu yang berfaedah."
"Kerjaan lu tiap hari juga gak ada faedahnya. Nge-ha-lu!!" tekan Galih.
Aji yang mendengar itu jadi geleng-geleng kepala. "Mulutnya Galih daritadi tajem banget kaya silet," celetuknya sebelum kedua orang paling ngegas itu lanjut berdebat.
Chelo disebelahnya mengangguk setuju. "Menusuk kalbu."
"Itu bisa buat belah semangka," ucap Yujin.
"Ha?" Mark melongo bingung.
"Belah semangka pake silet emang bisa, ya? Bukannya siletnya kecil, nanti tenggelem dong dalem semangka?" tanya Helena mengeluarkan isi kepalanya.
"Bodoh!"
Helena melotot kearah Yujin. "Kok lo malah ngehina gue sih, jin botol?!"
"Ya emang kenyataannya lo itu bego, Helenaaa!!!" kata Yujin tak mau kalah. "Maksud gue, kata-kata nya Galih itu tajem sampe bisa belah semangka!"
"Mana ada kata-kata bisa buat belah semangka!!"
"ITU PERUMPAMAAN!!" Yujin ngegas.
"MAKANYA KALO NGOMONG ITU YANG JELAS!!!" sewot Helena.
"ELO YANG KAGA NYAMBUNG!!"
"Udahlah, udah! Mending belah duren aja. Enak!!" ucap Yaya melerai.
"Sampah!" umpat Karina sambil menabok kepala pemuda itu.
Haechan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ckckck... otaknya Karin langsung kemana-mana."
"Ba-cot!!" kali ini giliran Giselle yang mengumpat.
"Kenapa sih lo sewot mulu kalo sama gue? Tanda sayang??"
Giselle menganga sementara Yaya langsung tertawa sarkas. Susan sendiri mendecih sinis dengan tatapan penuh hujatan pada pemuda berkulit sawo matang tersebut.
"MUSNAH SANA!!!" sembur seisi kelasnya membuat Haechan mendengus.
"Emang dikelas ini tuh gak ada yang sayang sama gue! Gak ada yang peduli sama perasaan gue!" sungut Haechan mencak-mencak.
"Ya itu lo nyadar, kenapa masih gak tau diri?!" tanya Rendi sinis.
"Anjing!"
"Makanya sekali aja serius. Jangan bercanda! Memangnya lo mau hubungan lo selamanya dibecandain?! Perasaan lo terus-terusan dianggap sebagai candaan?!" ujar Susan membuat Haechan bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...