"Kerjakan soalnya, kumpulkan per barisan!" perintah Miss Risma pagi itu.
Semua muridnya bukannya cepat mengerjakan malah jadi saling lirik. Mereka melongo.
INI SOAL APA?!?!??!?
APALAGI INI BAHASA INGGRIS?!?!?
Ya mereka gak ngerti.
Miss Risma ini gak tau ya, kalau rata-rata murid kelas ini keturunan Asia Timur. Muka mereka kurang oriental???
Ya memang ada yang pribumi asli, juga bule seperti Mark yang malah terpana melihat soal didepan.
Atau dia gak sadar, kalau malahan hampir satu sekolah di dominasi siswa berdarah Asia Timur.
Haechan sudah memegangi kepalanya, seolah mau jatuh saking beratnya. Yaya diam-diam menyumpahi Miss Risma dengan serapahnya.
Belum lagi yang lain, entah apa yang mereka pikirkan!
"Miss keluar dulu, ya," kata Miss Risma bangkit dari duduk kemudian keluar kelas membuat atensi siswa nya teralihkan.
Setelah dirasa sudah pergi, semuanya langsung menoleh ke Mark yang memang harapan satu-satunya!
"What?"
"Nyontek, njirr!!" geram Haechan sebal.
"Ini aksen british, I'm from Canada!"
"Emang beda?" tanya Jeno dengan bodohnya.
"Ya, beda lah, tolol!" Galih menabok kepala pemuda itu dengan kamus tebalnya.
"Kan sama-sama luar negerinya, anjirr!" gerutu Jeno.
"ITU BRITISH DI EROPA! KANADA AMERIKA, JENO! DASAR BODOH IH!" teriak Karina sebal.
"YA BIASA AJA, DONG!"
"DIEM, WOY! NTAR BU RISMA BALIK!!" Rendi ikut berteriak.
Lioni menghela nafasnya, menggelengkan kepala melihat tingkah teman sekelasnya yang aneh.
Gadis itu melirik, melihat Susan sudah merunduk. Walau gadis itu beberapa kali nampak menggeram pelan.
"Sus," panggilnya dan Susan mendongak walau tak mengatakan apapun. "Ngerti?" tanya Lioni menunjuk buku.
Susan menggeleng, "kerjain sebisanya."
Mengangguk paham, Lioni kembali ke posisi semula. Gadis itu menatap soal.
Selama hampir satu setengah bulan mereka sekelas. Lioni mulai memahami karakter teman-temannya.
Dan menurutnya, Susan adalah salah satu yang cukup sulit ditebak. Gadis itu pintar, Lioni bisa melihatnya.
Dengan pembawaan yang selalu ngegas dan bermulut pedas, Susan Vanila cukup terisolasi dari kumpulan anak yang dipandang cerdas.
Calon-calon juara kelas! Padahal kalau menurutnya saingan terberatnya adalah Susan.
Ia tau gadis itu dulu juara tiga olimpiade fisika waktu SMP. Karena Susan yang bercerita padanya.
Susan juga bilang bahwa dia menyukai bahasa Inggris, matematika dan fisika karena dia bilang guru SMP yang mengajar ganteng.
Jadi lebih mudah mengerti. Apa hubungannya? Lioni juga tidak paham dimana letak kesinambungan antara pelajaran dengan tampang.
Sebenarnya guru fisika dikelas Susan perempuan. Hanya saat bimbingan olimpiade, pembimbing gadis itu adalah guru pria yang masih muda dan tampan. Sayang sudah menikah, begitu katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...