"Guys, kita nanti ke aula, ya! Ingat jangan golput!" kata Mark didepan kelas.
Hari ini pemilihan OSIS baru, dengan kandidat utamanya adalah Atheo Ari Cano - 11 IPS 3, Angkasa Reno - 11 IPA 1, dan Anantha Hidayat Kuncoro - 11 IPA 3.
Peraih suara tertinggi akan menjadi ketua OSIS, yang kedua akan menjadi wakil ketua OSIS 1, dan peraih suara terendah dari ketiga orang tersebut akan menjadi ketua Penegak Disiplin atau wakil ketua OSIS 2.
Saat MPLS kemarin, yang menjadi ketua OSIS adalah Januar Lim, si kakak ganteng nan kalem yang merupakan cowok blaster Indonesia - Korea itu sekarang fokus dengan jabatannya sebagai ketua kelas 12 IPS 1.
Wakil ketua OSIS ada Mark Andres Twain, bule Indonesia - Amerika dengan sedikit darah Taiwan dari keluarga papanya.
Juga si pujaan adik kelas karena merupakan visual utama kelas dua belas tahun ini. Sean Satriano Harun, yang saking gantengnya banyak yang mengira kalau dia ketua OSIS padahal Sean hanya Waketos 2 alias ketua PD.
Sean juga disinyalir punya darah bule dari mamanya yang keturunan Inggris. Papanya yang juga memiliki ras Asia Timur memperkuat ketampanan pemuda itu.
Kedua wakil Jaebi, sapaan akrab Januar, itu juga sama, dikelas 12 IPS 1.
Kelas Kingdom.
Karena rata-rata, penghuni kelasnya adalah mantan penguasa sekolah. Saat itu IPS adalah jurusan paling jaya di GHS meski jurusan IPA juga tak bisa diremehkan.
Di angkatan Sean, banyak sekali anak IPS yang memegang jabatan baik di OSIS maupun ekskul.
Jurusan IPA saat itu dianggap guru terlalu fokus pada akademik. Meskipun prestasi seperti olimpiade Sains juga membanggakan sekolah.
"Golput tuh apa?" --Yujin
"Golongan putih, ege!" --Karina
"Ha? Maksudnya?"
"Orang yang kaga ikut milihh!!!" gemas Karina hampir mengumpat.
Yaya mengangkat tangan. "Emang kalo gol dapet apa, Mark?"
"Ya dapet nilai!" sahut Haechan.
"Ini main bola apa mau pemilihan ketos si?"
"Udah, udah! Pokoknya terserah kalian lah mau apa!" ujar Mark pasrah.
*****
Naya menutup buku didepannya kemudian mengeluarkan kotak bekal yang ia bawa dari rumah.
Gadis itu menoleh pada Susan yang masih sibuk dengan bukunya. "Sus, mau, gak?" tawarnya.
Susan tak merespon, malah dengan santai menutup buku dan merogoh lacinya.
"Gue juga bawa."
"Loh, tumben?"
"Gak tau, tadi pagi gue pengen bawa aja," jawab Susan mengangkat bahu.
Keduanya menoleh saat mendengar bunyi kursi ditarik. Ternyata ada Lioni yang datang dengan kotak bekal berwarna ungu.
"Eh, makan bekel, ya? Ikutan dong!" ucap Ningsih langsung berdiri dari bangkunya.
Yujin mengernyit, merasa bingung dengan ucapan Ningsih. "Bekel bukannya bola kecil yang dimainin sama keong kecil itu, ya?" tanya pemuda itu.
Yaya disampingnya hanya mengangkat bahu tak tahu-menahu.
"Bekal elah, Jin, bekal! Gue aja tadi nyebutnya bekel."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Ficção AdolescenteKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...