31. Seorang Teman

39 8 0
                                    

Susan keluar dari ruangan lomba puisi, gadis itu menghela nafasnya berusaha menetralkan perasaan nya.

Kemarin lusa, saat dia latihan membacakan puisi didepan teman-teman kelasnya. Mereka bertepuk tangan riuh, memberi semangat dan bilang kalau mereka akan menonton Susan waktu lomba.

Nyatanya, hanya seorang yang datang! Itupun bukan untuk menonton Susan, tapi hanya untuk menolong anak kelas sebelah waktu musikalisasi puisi.

Susan merasa sesak. Gadis itu bahkan sampai lupa apa puisinya. Ia juga batal membawakan musikalisasi puisinya.

HP nya mati, tidak ada instrumen dan saat Susan ingin minta tolong pada Chelo yang ada disana. Pemuda itu telah pergi..

Sebenarnya Susan tidak ingin ikut lomba ini dari awal. Ia sudah punya acara keluarga, tapi teman kelasnya itu terus memaksa.

Membuat Susan terpaksa ikut. Gadis itu bahkan harus rela sekolah sendiri hari ini karena Sean absen.

Susan menghembuskan nafas panjang. Memangnya dia berharap apa sejak awal?? Dari dulu sampai sekarang, semua orang seperti hanya memandang fisiknya saja.

Tak pernah menilai yang lain dalam dirinya...

"Udah selesai, Sus?" tanya Wahyu saat ia sudah sampai ke kelas.

Susan menganggukkan kepala. Diam saja.

"Maaf, ya, tadinya gue, Naya, sama yang lain mau nonton tapi pintu depannya ditutup. Gak jadi deh," ujar gadis itu.

Susan tersenyum miris. "Lewat pintu belakang bisa."

"Eh, yah.. Gak tau. Maaf, ya.."

"Sebenernya tadi gue berharap banget kalian dateng. HP gue mati, gue gak jadi musikalisasi puisi, ada Chelo disana tapi dia malah pergi gitu aja waktu gue mau minta tolong," Susan mengatakan semua kekecewaannya. "Tau gitu dari awal gue gak usah ikut!"

"Sus--"

"Permisi... Ada James gak, ya?"

Susan dan Wahyu sontak menoleh. Juga beberapa yang ada dikelas jadi menatap pada gadis didepan pintu itu.

"Orangnya gak ada. Kenapaa???" sahut Wita.

"Eh, gak, sih, gak papa. Cuma mau nitip ini aja," kata gadis itu.

Wita maju, menerima sebuah kotak bekal. Memicingkan mata. "Lo siapa?"

"Sonya, X-1, p——sayangg!!" Sonya melambaikan tangan membuat Wita yang kepo mencondongkan tubuh melihat keluar pintu.

Ada Jeno yang berjalan bersama James dan Mark. Juga Aji, Chelo, Rendi serta Haechan dibelakang mereka.

Gak tau kenapa tapi mereka bertujuh ini lengket banget!!

Beda sama Yujin dan Yaya yang dijuluki trio kompor bersama Haechan, nyatanya lebih dekat dengan Galih.

Ya, Galih sebenernya males juga mainan sama mereka. Cuma mau gimana, gak ada yang tahan sama mulut julidnya kecuali dua orang kurang waras itu!

Apalagi satu SMP Galih yang masuk GHS sini beda kelas. Juga beda sekolah.

Wita yang melihat itu melongo. "Pacar lu, Mark?" tanyanya sambil menunjuk Sonya.

"Nope."

"Ren??"

"Gak usah bikin skandal! Gue lagi pdkt sama—gak ada maksudnya!"

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang