"Ck, ini tuh jawabannya yang D!!!"
"Dihitungan gue antara A sama C!!"
"Antara A sama C berarti B, dong??"
"Bego!" Susan menghembuskan nafas panjang, menyandarkan punggungnya di kursi.
"Ngerjain tugas beginian aja perlu perjuangan," Mark memijat pelipisnya.
"Susan tuh! Ngegas mulu, ngajakin war."
Susan mendelik pada Haechan. "Kelakuan lo berdua daritadi minta dihujat mulu!" balasnya.
"Emang dasar elo nya aja yang sensi!"
"Gimana gue gak sensi?! Elo hina-able!"
"Ck, mending lo berdua sparing aja, deh! Tuh, parkiran kafe lebar!!" kata Yujin mendecak malas. Tapi jadi mendelik begitu Susan dan Haechan dengan cepat meliriknya sinis.
"Bacot!!" seru keduanya kompak.
"Yujin!"
Yujin menoleh ke meja disebelah kanan. Ia mengangkat dagu pada kembarannya, Yeji yang duduk disana dengan temannya.
"Lo gak capek apa dihujat mulu?! Gue aja capek liat tingkah lo. Bikin malu!" ujar Yeji membuat Yujin tertohok keras.
Susan dan Haechan sontak tertawa terbahak-bahak. Bertepuk tangan melihat teman mereka yang nelangsa.
"Emang GHS ini isinya anak-anak nista," Mark tertawa geli bersama Arin. Teman sekelas Yeji sekaligus temannya saat SMP.
"Tega bener lo ngatain abang sendiri, anjirr!! Beneran kembaran bukan, sih?!" dengus Yujin sebal.
"Gue gak punya kembaran tuh," jawab Yeji tanpa dosa membuat Yujin mengumpat.
"Awas lo nanti gue aduin Mama!!"
"Dih, kang ngadu. Dasar anak Mama!!" ledek Haechan.
Yujin kembali mengumpat, menendang kaki Haechan membuat pemuda itu balas menendangnya.
Susan memutar bola mata jengah. "Mending lo berdua sparing aja. Parkiran kafe masih lebar!"
Mark semakin tertawa geli, matanya melirik Arin. Meskipun satu SMP, dan satu SMA. Entah kenapa Mark merasa hubungan keduanya terasa canggung sekarang.
Apa karena dulu mereka sempat dijodoh-jodohkan, ya?? Tapi Mark saat itu sudah pacaran dengan Herin.
"Sorry, ya. Anak-anak gue emang akhlakless semua," Mark mengusap tengkuknya.
Arin menoleh kemudian meringis. "Santai aja."
"Eh, eh!! Ayo poto, ayo poto! Buat update instagram!" ajak Yujin.
Hal itu membuat Susan langsung memundurkan kursi. Menjauh dari yang lain.
Haechan mendecak. "Narsis bener sih dia, Ji?!" keluhnya. "Bener kembaran elu??"
"Kan gue udah bilang gue gak punya kembaran," sahut Yeji tak peduli.
"Nyinyinyinyi..." gerutu Yujin menggerakkan bibirnya sebal. Tapi kemudian mendecak. "He, Susana! Jangan jauh-jauh!!"
"Poto sendiri sana!" dengus Susan. Bergabung di meja Yeji merunduk agar tak tertangkap kamera.
"Eh, Arin samping Mark aja deh, Rin. Biar bagus!" suruh Yujin seraya memegang HP.
Haechan mengangguk setuju. "Hm, biar ketua kelas kita gak keliatan jonesnya!" katanya membuat Mark menendang kursi Haechan geram.
Setelah selesai, mereka kembali dengan kerusuhan masing-masing. Arin yang duduk disebelah Mark berdeham.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...