"Lo serius suka sama kakaknya Susan, Jen??"
Jeno mengangguk atas pertanyaan Yujin barusan sambil mengunyah keripik kentang milik Galih.
Sebenarnya bukan hanya Jeno, tapi Yujin, Yaya, Haechan, James, Aji juga ikut makan.
Untung, Galih diam saja. Kan gak lucu kalo mereka tiba-tiba dibanting sama Galih gara-gara keripik kentang.
Mereka duduk dipinggir lapangan. Ada pohon rindang yang melindungi dari terik matahari. Jadi mereka lesehan disana saat selesai latihan ekskul.
"Sampah!" umpat James menabok kepala Jeno.
Jeno meringis, tapi tak mengatakan apa-apa. Ia sudah terbiasa dengan sikap James beberapa waktu belakangan.
"Lo ngapa sih, nyet, posesif bener?! Kasian itu temen lu," ucap Yaya heran.
"Lo suka juga sama kakaknya Susan??" kali ini Aji yang bertanya.
"Eyy.. Si Molen mau dikemanain?"
Haechan langsung berdiri, mengepalkan tangan didepan mulutnya. Kemudian mulai bernyanyi. "Senangnya dalam hati..."
"Heyy!!" Aji langsung menyahuti.
"Kalau beristri dua..."
"Asek-asek joss!!"
Yaya yang melihat itu tak mau kalah. "Bukan itu lagunya! Harusnya tuh yang ini... Yang hitam, pacarku yang pertama. Dia cantik dan kaya, sangat cinta padaku!"
"Yang putih, pacarku yang kedua. Juga cantik dan kaya, cinta mati padaku...." Yujin ikut bernyanyi melengkapi kegilaan trio kompor ditambah Aji itu.
Ke empatnya jadi bernyanyi dengan kompak.
"AKU TAK TAHU MANA YANG HARUS KUPILIH... DUA-DUANYA SAMA CANTIK DAN KAYA..."
"DARIPADA AKU BINGUNG- BINGUNG, PUSING MEMIKIRKAN... AKU PACARI SAJA DUA-DUANYA!!"
James mengumpat, hendak melempar mereka dengan bungkus keripik kentang jika saja tidak ditahan Galih yang meliriknya tajam.
"Beli sendiri kalo mau dilempar-lempar!"
James mendengus mendengar itu.
"Mubadzir, Jem, kalo dibuang!" kata Aji kembali duduk.
Yujin mengangguk setuju. "Mending dimakan!"
"Elo apa aja juga dimakan!" dengus Jeno.
"Eh, eh, orangnya lewat!!" pekikan Haechan mengalihkan atensi mereka.
Ada Helena yang tengah berdiri didepan lobi sekolah sambil memandangi HP.
"LEN, SINI! MAU KERIPIK, GAK?! DITRAKTIR LALAT!!" teriak Yujin membuat Galih tak segan menendangnya.
Yujin meringis sambil cengengesan.
Helena mendongak, kemudian melangkah mendekat setelahnya. "Kalian ngapain disini? Ngerumpi, ya?" tanyanya.
Haechan mendengus. "Lo pikir kita ini perkumpulan lambe turah apa?!"
Dan dengan polosnya Helena menganggukkan kepala. Haechan mendecak sebal.
"Inilah Bunda, pentingnya untuk menjaga jarak dengan Susan Vanila!"
"Tapi si Naya udah nempel, tuh.." goda Helena menaik-turunkan alisnya.
Haechan kembali mengumpat. Teman-temannya yang lain juga ikut bersorak heboh.
"Kalo emang beneran tembak aja lah, Chan!!" kata Yujin.
"Kenapa? Lo gak berani?? Mau belajar sama gue?" tanya Yaya sambil membusungkan dada dengan percaya diri. "Eh, tapi kalo mau lebih pro belajar sama Jeno, hahahaha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...