"Gak papa, kita udah usaha yang terbaik! Walaupun kita gak menang semua, kita pasti menang di Mading!" Ucap Mark menyemangati anggota kelasnya.
"Kalo dapet juara harapan gimana??" Celetuk Yujin.
Yaya yang duduk disamping pemuda itu langsung memukul bahunya kuat. "Ya jangan sampe dong!!" Katanya kesal.
"Ya kan kalo.. kaloooo!!!!"
"Omongan itu doa, Jin! Jadi bicaralah yang baik," tegur Rendi.
"Sok bener lo, Ren!" Cibir Haechan.
Rendi mengumpat, ia menatap Galih yang berdiri tenang dengan tangan terlipat dibelakang Haechan.
"Lat, tolong dong!"
Galih melirik Haechan malas. Tanpa kata, ia mengarahkan kakinya menendang betis Haechan sampai membuatnya memekik nyaring.
"Lalat anjing!"
"Emang ada hewan lalat anjing?? Gue tau nya anjing laut," tanya Helena dengan raut polosnya.
Haechan mengibaskan tangannya. "Udah-udah, gak usah dibahas!" Ucapnya yang membuat Helena mengerucutkan bibirnya.
"Gak usah sok imut, Len. Pake manyun-manyun segala," ledek Yaya.
"Ih, apasih! Musnah sana!"
"Tuh, Ya.. musnah sana!!" Sahut Susan mengangguk diikuti James.
"Orang kenyataannya emang imut!"
"Aigoooooo...." Seru Naya dan Susan kompak.
Lioni tertawa kecil, apalagi melihat Helena yang langsung terbatuk-batuk. Yuki berdehem keras.
"Jangan salto gitu dong, Len!"
"Salting, bego!" Ralat Jeno menoyor kepala Yuki.
"Oh iya, type hehe..."
"Typo, Ki.. typo!!! Makanya kalo masih remed bahasa Inggris tuh gak usah sok ngomong bahasa asing!" Kata Haechan gregetan.
"Ck, yaudah sih salah dikit doang!" Yuki mendengus sebal.
"Masalahnya kalo salah ngomong bisa salah arti, Yuki Katoooo!!!!!!"
Mereka terus saja berdebat, tak memedulikan tatapan orang-orang disekitar mereka.
Padahal mereka lagi baris dilapangan nunggu pengumuman sebelum libur semester.
Gak kerasa udah satu semester mereka lewati. Sisa satu semester lagi, setelah itu mereka akan masuk ke jurusan pilihan masing-masing.
Entah itu IPA atau IPS, yang pasti kesempatan mereka untuk sekelas lagi sangat minim. Mungkin beberapa orang bisa, tapi untuk formasi full X-3. That's impossible!
Kecuali satu, peraturan sekolah dirubah.
"Eh, tapi serius.. kalo beneran dapet juara harapan gimana??"
"Ck, malah dibahas lagiiii..." Karina berseru gemas menatap Yujin yang nampaknya benar-benar nervous.
Gimana ya, mereka kan selama ini dikenal sebagai kelas biang kerok. Sumber dari segala sumber kerusuhan.
Makanya dia panik-panik cemas gini. Takut juri bersikap gak adil sama kelasnya yang udah dikenal punya reputasi buruk.
"Apapun hasilnya kita udah usaha yang terbaik! Kita udah ada dititik ini, jadi kita wajib bangga sama kerja keras kita!!" Mark kembali menyemangati teman-temannya.
"Benar itu benar, jangan terpaku sama tanggapan orang!" Ucap James, tapi tangannya bergerak mencuri kesempatan untuk merangkul Helena.
Susan yang berdiri disamping Naya langsung berpindah kesamping Helena. "Ekhem.. ekhem!! Air panas, air panas!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...