41. Kisah Kasih Di Sekolah

62 11 0
                                    

Helena menggigit bibirnya, berusaha menghilangkan rasa gugup yang semakin menjalar. Gadis itu sampai meremas tangan sendiri.

Setelah tadi nonton penampilan bersama Susan dan Naya yang sekarang lebih memilih mengisi perut ditenda. Mungkin mereka lapar karena harus keliling sekolah.

Ia memilih tetap disini. Menyaksikan penampilan yang lain. Disini, duduk berdampingan dengan James yang tiba-tiba saja bergabung.

Ya ampun... Padahal mah dia cuma duduk sampingan doang sama si James, tapi kenapa rasanya mau terbang???

Mau pegangan tapi kemana?? Masa sama James?! Yang ada dia kena serangan jantung gara-gara sentuhan sama pujaan hatinya.

Helena tersadarkan saat James menghembuskan nafas panjang. Mengusap-usap lengan dan tangan pemuda itu sendiri guna menetralisir dinginnya udara malam.

"Gue ada selimut nih, James. Pake aja."

James menoleh, tersenyum tipis.

Hanya senyuman tipis tapi efeknya sebesar itu pada Helena!!!!

"Gak usah, gue udah pake jaket. Buat lo aja!" tolaknya halus.

Tapi Helena tak mendengarkan, gadis itu berdecak. Membuka selimutnya dan menyampirkannya ke tubuh pemuda itu membuat James tersentak.

Helena tersenyum setelah merapikan selimutnya sampai menutupi tubuh James. Gadis itu kembali memandang api unggun sambil menjulurkan tangan, mencari kehangatan dari api yang masih menyala.

Melihat itu, James jadi mendesah pelan sambil bergeleng kecil. Tangannya terulur. Membagi selimut agar menutupi tubuhnya dan juga Helena.

James bahkan menarik lengan Helena agar duduk lebih dekat dengannya.

Dan perlakuan tersebut berhasil membuat Helena membeku. Gadis itu berusaha tetap bernafas saat lengan mereka bersentuhan.

"Dah, biar sama-sama anget!" ucap James kembali tersenyum.

Helena juga ikut tersenyum. Wajahnya memerah bukan karena panas api unggun, tapi karena sikap pemuda ini.

Entah kenapa, Helena merasa bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan...

*****

"Kak Jeff gak sama kelas kakak?" tanya Lioni pada pemuda yang sibuk dengan kamera ditangannya. Merekam setiap momen.

"Gak, ah.. Mereka rusuh," jawab Jeffrey.

"Oh, ya? Aku kira kelas aku doang yang rusuh."

"Ck, kamu gak tau aja. Kelas kakak paling rusuh se-IPA. Apalagi ada Bangchan. Itu anak padahal wakil ketua tapi bobroknya gak ada obat!" ujar Jeffrey sembari mengingat perangai wakil ketuanya.

Lioni jadi tertawa kecil. "Sama kaya Haechan berarti."

"Adek sama kakak gak ada bedanya," Jeffrey terkekeh. Tapi seolah ingat sesuatu pemuda itu tersentak.

"Gue tadi ada rekam pas tim lo dateng tadi," kata Jeffrey.

"Eh?"

Lioni mengerjap beberapa kali, memang tadi di kelas Slytherin, ia bersama dengan Jeffrey sembari menunggu tim jurit malam.

Gak berdua, sih.. Tapi mereka memang lebih sering mengobrol berdua.

"Mau nonton? Tapi gak bisa sekarang juga, sih."

X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang