"Gaiss.. Gimana?" tanya Yaya yang muncul diikuti Jeno dan Karina.
Jeno mengernyit heran, menatap Susan yang masih terbaring. "Ini Susan keracunan apa kesambet sih? Kok belum sadar?"
"Bisa gak sih, ngomongin nya yang bagus aja?!" kesal Karina keki.
"Ya abisnya gak bangun daritadi."
"Dia lagi pingsan, bukan lagi jadi kuli! Ngapain pake bangun-bangun segala?!" sahut Galih datar membuat Jeno mengumpat.
Yujin disampingnya jadi bertepuk tangan, "Ayo Lat, dikit lagi lucu!" katanya menyemangati.
"Ngapain sih kalian kesini?!" heran Naya.
"Ya gak papa, masa gak boleh."
Bel pulang berbunyi, membuat mereka jadi berpandangan. Apalagi Susan tak kunjung sadar.
"Ini Susan diguyur aja boleh gak, sih? Udah bel pulang," dengus Haechan.
"Lo mau mati?!" kata Galih dan James berbarengan dengan tatapan tajam.
Haechan jadi meneguk ludahnya, "y-ya.. Abisnya lama."
"Yang nyuruh lo ada disini siapa?!" sahut Yujin ikut memojokkan.
"Lo sendiri ngapain disini?! Gak penting, urusan lo apa?"
"Lo berdua ngomong lagi gue tonjok!" ancam Galih membuat Yujin dan Haechan langsung merapatkan bibir.
Suara langkah kaki yang terdengar buru-buru membuat mereka menoleh ke pintu.
Mendapati Sean disana yang langsung menghampiri Susan. Juga Amir, si Bos Geng sekolah yang bersandar pada pintu sambil menatap datar. Tak lama, Yuki kembali masuk ke ruangan.
"Shua.. Hey.." panggil Sean dengan lembut namun penuh kekhawatiran.
"Dek.. Shua.."
Susan mulai tersadar, ujung matanya yang terbuka mengeluarkan air mata begitu saja membuat wajah Sean makin pias.
Sean mendudukkan Susan di sofa, "kita pulang, ya."
Tanpa menunggu respon, Sean langsung mengangkat tubuh Susan. Sedangkan Susan langsung menyandarkan kepalanya di bahu tegap Sean.
Tak memedulikan sekitar, mereka berlalu begitu saja. Amir yang masih disana melirik malas kearah pada X-3.
"Beneran gak guna," ucapnya kemudian berbalik pergi.
"Kak Amir barusan ngatain siapa?" tanya Yaya dengan polosnya.
"Ngatain manusia yang bisanya cuma ngeliat tanpa ngelakuin apa-apa!" jawab Yuki menyindir keras.
"Lo nyidir gue, Ki?" sahut Haechan merasa.
"Lo ngerasa?!" tanya Karina mengernyit.
"Iya!"
"Ya, bagus kalo lo ngaca!" kata Galih menepuk bahu Haechan.
Haechan melongo, ingin mengumpat kasar tapi ingat masih ada beberapa guru.
Melotot garang kearah Galih, tapi jadi menoleh saat bahunya kembali ditepuk. "Ayo balik!" ucap Jeno malas memperpanjang.
Menghembuskan nafas panjang, akhirnya mereka semua memilih pulang.
*****
Di parkiran, Sean yang mendudukkan Susan diatas motornya jadi berbalik. Mendengar seruan Naya dari belakang.
"Kak Sean, ini tas nya Susan."
Amir yang baru saja datang jadi mengambil alih benda tersebut. "Thank's."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Fiksi RemajaKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...