Lima menit lagi, gerbang sekolah ditutup. Tapi ya, sama aja karena itu sudah termasuk telat.
Indonesia raya sudah terdengar sampai ke seluruh penjuru gerbang sekolah.
Dan di masing-masing gerbang, sudah ada guru piket atau satpam yang menjaga jika ada siswa terlambat.
Seperti pagi ini!
Susan berlari kencang dari gerbang depan dan sekarang gadis itu sibuk mengatur nafasnya.
Melemparkan tas cokelat keatas tumpukan tas lainnya. Gadis itu bergabung bersama rombongan manusia-manusia yang juga terlambat.
Susan mengedarkan pandangannya tidak ada Pak Purwaji. Guru itu mungkin jaga di gerbang belakang.
Terserah lah!
Susan mendengus kesal jika mengingat Bapak itu!
Pernah di hari Senin pagi yang panas, Susan datang terlambat dan Pak Purwaji bukannya menghukum lari malah menghukum mereka mencabut rumput di taman sekolah depan kelas.
Ditambah mereka juga harus memunguti daun jatuh. Heh, terus kalau begini tugasnya tukang sapu sekolah apaaa????
Belum lagi, saat Pak Purwaji menanyakan alasan kenapa ia terlambat.
Susan bilang kalau dia kecapean dan tidak dengar alarm karena HP nya di charger di ruang tengah.
Lalu Pak Purwaji malah menjawab, "namanya kamu kebo!!" setelah itu dilanjutkan ceramah panjang untuk siswa-siswi yang lain juga.
Sejak saat itu, Susan jadi dendam terhadap Guru dengan Kumis tebalnya itu!
Bahkan Marten, si anak kelas 11 IPS terang-terangan misuh-misuh didepan Pak Purwaji saking kesalnya.
Pak Purwaji ini untungnya hanya guru biasa. Jika saja guru konseling atau BK, mampuslah si Marten!
"Telat lagi lu?"
"Huh?"
Susan menoleh, mengerjapkan matanya menyadari sosok Marten lah yang disampingnya.
Ada beberapa anak IPS juga, salah satunya Amir. Cowok itu katanya ketua tawuran. Bandel, tapi dia bukan yang paling nakal di GHS ini.
"Kakak kenapa gak lewat belakang lagi?" tanya Susan berbisik.
Karena mereka berdua berada dibarisan belakang, juga tinggi keduanya yang rata-rata. Membuat mereka tertutupi.
"Ada Purwaji, njirr.. Baru mau masuk gerbang gua liat ada dia, ya langsung muter lah gua!" sewot Marten.
Susan mengangguk saja, ia berdiri dengan tenang. Sekarang para guru itu tengah memeriksa bawaan siswa.
Beberapa siswi yang merupakan kakak kelas sudah memerotes. Mungkin mereka membawa perlatan make up?
Karena bukan sekali Susan terlambat dan mendapati pemandangan seperti ini.
Susan berbalik, bersiap mengamuk saat merasakan kepalanya di toyor dari belakang.
"Lo ngapain?" tanyanya malah melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-3: Ineffable [Tak Terlukiskan] ✓
Teen FictionKelas sepuluh, baru masuk SMA. Jaman dimana kita masih suka ngeluh karena pelajaran yang jauh berbeda dari SMP. Tapi mana tau kalo ternyata kelas sepuluh bisa seseru mereka? Bukan kelas unggulan, bukan kelas idaman, bukan kelasnya adek ganteng da...