11. | Be Friend?

191 22 0
                                    

Awalnya aku ingin ini adalah sebuah akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya aku ingin ini adalah sebuah akhir. Atau awalnya aku mengira bahwa ini adalah akhir dari semua perjalanan dan petualangan sialanku selama hampir 7 bulan terakhir. Jelas dimulai dari pertemuan pertamaku dengan seorang mahasiswa kelas diatasku jurusan broadcasting dan seni, dia pintar sekali namun hal pertama bisa aku tarik kesimpulannya adalah dia brengsek.

Tolong jangan hakimi aku setelah aku mengatakan penilaian yang berubah-ubah dari hari kemarin dan hari ini. Atau hari ini ke hari berikutnya. Atau malahan hari ini dengan beberapa hari yang lalu. Tetapi sungguhan Jungkook itu bisa menjadi apa saja dari hari ke hari. Seolah wajahnya banyak sekali dan pikirannya selalu menjurus kearah kelicikan kendati dia juga manusia yang punya sisi kelam yang tak tersentuh juga.

Bagaimana tidak aku mengatakan Jeon Jungkook adalah pria yang baik? Teladan? Mahasiswa yang tidak hanya memanfaatkan kekuasaan untuk menggerus seluruh mahasiswa agar berada dikubunya?

Persetan! Nyatanya, semua itulah yang Jungkook lakukan.

Dia mabuk dan dia pembalap liar yang sialannya dia selalu keluar sebagai pemenang yang menjilat garis finis untuk yang pertama. Belum pernah terdengar ditelinga mahasiswa manapun saat Jungkook berada di sirkuit ia menjadi juara kedua. Tidak ada, Jungkook selalu mengantongi nomor satu dan selalu melempar uang yang tak seberapa hasil kemenangannya itu, ia sebar didalam lantai dansa. Seperti uang bukanlah hal besar yang perlu dikhawatirkan. Padahal bagi sebagian orang, uang adalah segalanya. Tanpa uang mereka tak dapat hidup atau setidaknya bertahan pada napas mereka yang perlu disambung dengan makanan. Namun, setiap kali membicarakan kekuasaan, rasa-rasanya akan selalu saja menyerimpit pada uang dan kelicikan.

Lalu mahasiswa teladan?

Baiklah. Aku sempat penasaran dengan nilai yang ada dikampus, di kantor dimeja salah satu dosen. Aku pernah lancang membukanya saat tugas piketku membersihkan ruang dosen. Ah, bukan tugas piket, hanya saja aku mendapat hukuman karena lupa tidak mengerjakan tugas deadline pembuatan cerita seribu kata. Aku benar-benar lupa kala itu. Dan aku membukanya, milik seorang mahasiswa sialan bernama Jeon Jungkook yang pernah membuat dua jari panjangnya itu hampir membuatku orgasme di kamar mandi.

Aku membuka perlahan. Nilainya? Jangan ditanya! Dia itu pintar. Jenius. Cerdas. Nilainya diatas rata-rata semua. Meskipun aku yakin dia tidak pernah belajar dirumah. Dia hanya bermodalkan ingatan dan pendengarannya saat dosen menjelaskan di kelas.

Namun, seperti itulah kecerdasan kadang memanipulasi. Mungkin jika Jungkook tidak sejenius ini, mana mungkin dia akan menjadi raja skandal namun selalu tertolong dengan wajah dan prestasinya yang manis.

Jungkook brengsek karena dia bermain otak. Jungkook memiliki kegilaan tersendiri karena dirinya yakin bahwa kegilaan itu tak akan merugikannya. Hanya keyakinan dan sebuah rengkuhan pada diri sendiri bahwa semuanya akan berakhir dengan kepuasan dan kemenangan yang akan selalu menjadi miliknya. Ia benci kekalahan kendati ia juga selalu mendapatkan kemenangannya. Entah untuk nilai, balapan, atau bahkan selangkangan- ranjang berderit. Ia selalu menjadi pemegang kendali, dominan.

Perfect Secrets ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang