Intro; Who Am I

593 40 0
                                    

Buliran asa yang menghantam raga kala isak tangis menghampiri pangkal tenggorokan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buliran asa yang menghantam raga kala isak tangis menghampiri pangkal tenggorokan. Rasanya menyakitkan tercekat birunya lebam di penghujung jemari. Kepala pening dan terus bertambah intensitasnya seiring detikan berjalan menggulir ke kanan tanpa mau dihentikan. Rasanya sesak. Panas. Dan tentunya menyakitkan.

Menjadi bulan-bulanan semesta tentu bukanlah hal yang baru untukku. Seorang gadis yang baru saja menginjakkan kaki pada kisaran usia 20an. Tahun terpedih untuk pendewasaan yang tidak mudah sama sekali.

Ada kalanya ingin menyerah. Mundur. Duduk meringkuk di pojok kamar yang gelap. Meratapi betapa pembentukan karakter oleh semesta begitu menguras kesadaran. Hatiku dibanting, ragaku diuji, serta harapanku ditindas semaunya. Namun apa? Ya! Aku memang terpikir untuk menyerah, tapi bukankah aku terlalu pengecut jika aku sampai benar-benar menyerah?

Aku bukan gadis yang lahir dari keluarga dengan strata yang tinggi, atau keluarga yang selalu makan dengan sendok emas. Aku juga bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan dengan segalanya yang terpenuhi dengan mudah. Aku adalah seseorang yang harus bekerja keras hanya untuk makan, untuk membeli kebutuhan harian, dan untuk segala keinginan yang tidak seberapa namun harus juga melewati pengusahaan yang luar biasa.

Menjadi anak dengan kehilangan kedua orang tua bahkan setelah aku lahir beberapa hari. Ya. Aku berasal dari panti asuhan. Aku anak yang tidak diharapkan untuk hadir. Mungkin karena sebuah kecelakaan atau malah sebuah kesengajaan. Perihal balas dendam atas cinta tanpa restu, atau malah sebuah cinta yang terlahir karena nafsu sesaat. Maka hadirlah aku, bayi mungil yang katanya tanpa dosa ini kedunia yang kejamnya bukan main. Andai saja dulu ibuku membuangku di tong sampah, mungkin aku sudah mati dimakan anjing liar. Namun ternyata Tuhan masih menyayangiku, aku dibiarkan untuk tetap hidup dengan lantaran otak ibuku yang masih waras itu untuk memberikanku pada sebuah panti asuhan disalah satu daerah yang jelas jauh dari perkotaan. Menurutku itu adalah bukti Tuhan masih sayang padaku.

Mungkin ini akan terdengar klise. Aku tidak sedang menceritakan kisah hidupku yang menyedihkan ini. Aku hanya ingin berbagi. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa bukan saatnya untuk terus menyalahkan semesta saat semesta memberikanmu yang terbaik tanpa kau sadari. Mungkin pada mulanya aku terlihat sedang menghardik takdir, menghakimi semesta, dan menyalahkan keadaan. Namun bukan itu yang ingin aku katakan.

Aku mencintai hidupku. Aku mencintai semuanya yang terjadi padaku. Aku selalu mencintai apa yang menjadi takdirku. Aku mencintai semesta yang membiarkanku belajar dari jalan ceritaku sendiri. Aku mencintai saat orang mulai mengatakan bahwa aku gadis yang hebat. Aku gadis mandiri. Aku gadis dengan ketidak sempurnaan yang hampir sempurna. Aku menyukainya. Sangat. Itulah yang ingin aku dengar dari mulut mereka semua. Aku tidak ingin mereka membicarakan betapa menyedihkannya aku. Aku hanya ingin mereka melihat keberhasilanku. Melihat betapa aku suka sekali tersenyum tanpa sekalipun menangis. Aku bangga saat mendengar mereka melihatku dengan binar dimata yang menunjukkan kekaguman. Aku ingin itu. Dan aku mendapatkannya.

Aku selalu menjadikan diriku sebagai apa yang aku utamakan. Aku mencintai diriku sendiri lebih dari apa yang terlihat. Aku tidak bisa membiarkan diriku yang kuat ini menangis setiap malam. Aku muak dengan diriku yang dulu, yang selalu lemah saat mendapat penghinaan karena aku miskin dan aku tidak memiliki apapun. Aku membenci saat aku mengingat kembali saat orang-orang mulai mengataiku anak yang tidak diharapkan. Anak yang terbuang. Dan anak yang selalu membawa kesialan dalam hidup orang lain.

Ya. Aku pernah sehancur itu diumur 18 tahun. Aku pernah selemah itu saat aku tidak sama sekali memahami bagaimana dunia berjalan. Bagaimana semesta menggulir. Bagaimana menjadi indah untuk dunia kejam yang hanya peduli perihal puncak keberhasilan.

Seolah kebaikan hanyalah sesuatu yang kedaluwarsa, lalu menjadikan intrik dan kelicikan menjadi pilar utama dalam seni bertahan hidup. Drama bertebaran dimana-mana. Kejujuran mulai menipis dan kebohongan semakin gencar menghiasi langit Athena. Mereka tertawa begitu pongah, seolah menjadi penguasa dunia diatas lemahnya hati yang kerap kali tertindas kenyataan. Kenyataan bahwa penampilan memang lebih diutamakan daripada isi kepala. Apalagi hati yang kadang terlupakan lantaran logika selalu memimpin pada garda terdepan.

You'll get what you want!

Aku setuju. Secara pribadi, aku bukanlah manusia yang gemar menebar drama untuk mendapat perhatian. Aku tidak ingin sombong, aku memang terlahir menjadi lambang pendominasian dunia. Kotaku memang tidak sebesar Seoul atau New York, namun disini lah aku dibentuk menjadi aku yang sekarang. Aku cantik dan aku pintar. Bolehkah aku bangga pada diriku sendiri? Ya, aku bisa menguasai dunia dengan kedua hal tersebut. Namun, memang tidak semudah itu. Aku sudah bekerja keras. Aku sudah menelan jutaan pil pahit hanya untuk berdiri ditempatku yang sekarang dengan senyuman selebar lengkung pelangi. Penuh warna dan kebanggaan tersendiri.

Iya. Aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

Semesta pernah berjanji padaku, bahwa aku akan selalu mendapatkan apa yang aku mau asalkan aku mau mengusahakannya. Dan aku telah mendapatkanya.

Jika luka lama tentunya akan selalu membekas, bukan barang tentu aku mungkin akan secara konsisten menangis disebuah ruangan gelap disalah satu rumah kecilku. Indah. Rasanya lega, namun tetap saja aku merasa begitu kosong. Seolah aku hanya seorang diri. Menapaki tangga ditiap tanjakan akan pendewasaan. Sekali lagi, ini bukan tentang kisah menyedihkan. Ini hanyalah aku yang selalu berusaha untuk tidak menyerah pada diriku. Hanyalah tentang aku dan mimpiku yang berhasil ku gapai dengan darah dan keringat sebagai temanku.

Ini bukan kisah romantis atau hal semacamnya. Tidak ada ciuman hangat atau pelukan menenangkan. Tidak ada adegan ranjang tentang menghujam dengan hentakan. Ini semua hanyalah tentang aku. Dan semuanya tentangku. Tidak ada pangeran seperti dalam kisah snow white, Cinderella, Rapunzell, bahkan Ariel sekalipun. Jika pun ada, itu hanyalah sebuah seni untuk mendapatkan lebih banyak dari kelicikan yang mereka ciptakan dan aku nikmati.

Bersamaku dan segala yang ada pada diriku. Dari pongahnya luka lama yang masih mengangah, hingga euforia yang membuat kepala ikut melayang.

Namaku, Kim Yerin.
And... You can call me 'the epitome of dualism'

And Welcome in 'THE UNIVERSE of KIM YERIN'.


Perfect Secrets ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang