Emosi adalah sebuah keadaaan yang terjadi dan berlangsung berulang dalam situasi yang sulit. Kita bisa memilih untuk mengontrol atau mengendalikannya, bukan sebaliknya. Emosi bukanlah sebuah karakter yang tetap, karena emosi bukanlah bagian dari esensi manusia.
Benar apa yang dikatakan oleh sang penulis buku the art of emotions itu. Rasanya Yerin selalu membenarkan perihal filsafat terselubung dalam sebuah buku karya yang dia bedah sebagai tugas kuliahnya. Namun tetap saja, sepintar dan secerdas apapun Yerin dalam bidang studinya, perihal menelaah naskah hingga membedah buku, Yerin tidak akan pernah bisa memahami sebuah hati. Bahkan hatinya sendiri pun sangat sulit ia pahami, ia butuh banyak hal untuk membuatnya mengerti bagaimana maunya hati. Apalagi milik orang lain, milik sendiri saja sudah terlalu memusingkan.
Sudah kurang lebihnya satu bulan Kim Yerin menapakkan kakinya diatas lantai kampus seorang diri. Melenggang tanpa menggandeng lengan yang selalu mengamitnya kala berada di lorong koridor kelasnya. Dengan ratusan pasang mata yang mulai menilik atau hanya melirik sinis kala keduanya melewati mereka.
Namun sekarang semuanya berubah. Memang benar jika Yerin masih mendapatkan sorotan itu. Tidak hilang begitu saja lantaran memang sekarang hanyalah gosip dan desas-desus yang terdengar memuakkan. Bahkan setelah Kim Yerin duduk didalam perpustakaan selama 15 menit saja, ia telah mendapatkan pertanyaan perihal hubungannya dengan Jungkook dari mahasiswa lain yang memang terlalu serampangan mulutnya. Mereka bisa saja terus menggosip tanpa kebenaran yang tersirat sedikitpun didalam sana, namun banyak pula yang terlalu penasaran hingga menanyakannya langsung padanya. Seperti sekarang dua gadis yang sama yang dirinya temui di perpus kala itu, saat Jungkook menghampirinya kali kedua setelah kamar mandi. Gadis itu. Gadis yang memuakkan itu.
"Kau putus dengan Jungkook? Wah jika benar, maka akan ada perayaan besar-besaran dikampus ini."
Rasanya Yerin hanya ingin mencebik lalu maju selangkah guna merobek mulutnya, namun Yerin tidak pernah sekeji itu hanya karena perkara mulut murahan dan sialannya mereka semua sedang membicarakan dirinya sekarang. Yerin selalu hanya berakhir menyilangkan kakinya sambil duduk dimeja tempat bukunya berserakan disana. Tangannya dengan angkuh melipat didepan dada. Bibirnya menyungging satu sudut guna mencipta seringai. Ingin sekali menunjukkan bahwa apa yang mereka bicarakan hanyalah omong kosong belaka. Tetapi ia juga butuh kekuatan yang mendorong dari belakang. Atau sekarang opsi paling masuk akalnya adalah dirinya akan mengatakan bahwa hubungannya baik-baik saja. Yerin sangat tahu bahwa gadis itu sekarang sedang bersorak dan menantikan ini sejak lama untuk membuka kesempatan untuk dirinya sendiri mendekati Jungkook lagi. Gadis itu pantang menyerah sekali. Bahkan disaat Jungkook terang-terangan mengabaikannya, gadis itu masih gencar mengejarnya.
Yerin menatapnya dengan tatapan tenang, namun jangan tanyakan sudut bibirnya yang menaik membentuk sebuah seringai tajam. Kim Yerin memang sudah menjadi buah bibir kampus berkat kesarkasannya dan penampilannya yang luar biasa jauh dari mahasiswa kebanyakan. Sangat berani dengan style yang gila. Yerin sudah menjadi primadona dimata para player boy, bahkan sebelum berhubungan dengan Jeon Jungkook. Jadi hanya karena gadis sialan yang sekarang seperti ingin bersorak saat dirinya mengiyakan, maka gadis itu bukanlah tandingannya. Ia tak akan terpengaruh hanya karena hal sekecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...