Sudah dikatakan bahwa aku bukanlah manusia yang bermuka banyak seperti yang dilakukan oleh manusia yang ada di kotaku; Abel Red tercinta. Mereka licik, hanya berbekal senyuman miring dan beberapa lembar Won saja mereka mampu menguasai segala. Namun, aku memilih untuk tetap menjadi Kim Yerin yang selalu kuat, bukankah begitu?
Kotaku itu indah. Kemakmuran yang menjelma sebagai kesejahteraan yang merata. Hampir keseluruhan penghuninya hidup dengan bergelimang harta yang tak terhitung. Mereka makan bahkan sampai menghabiskan ribuan won dalam sekali bayar. Mereka tidak pernah memikirkan akan habis berapa hartanya dalam sehari, karena bagi mereka uang bukanlah suatu masalah yang membingungkan. Mereka bahkan bingung akan menyimpannya dimana. Brangkasnya telah penuh, apalagi kartu debitnya. Belum lagi kartu kredit yang berjajar didalam dompet yang selalu berganti setiap hari. Mereka makmur sekali.
Benarkan? Kotaku itu misterius. Segala yang terlihat bukan berarti yang sebenarnya terjadi. Kotaku mungkin penuh intrik dan ya kelicikan adalah pilar utamanya. Dimana mereka selalu menggunakan bisnis sebagai kedok paling masuk akal. Bertransaksi sesama iblis lalu tersenyum begitu cantik setelah mendapatkan kesepakatan. Kesepakatan untuk melebur bersama didalam lingkaran setan yang mereka sebut sebagai the big thender.
Memang. Aku juga sama. Kakekku, oh maksudku katanya ibu panti ku, aku adalah cucu seorang konglomerat dari seorang pria yang bernama Kim Dahyun. Aku juga pernah bertemu dengannya saat berumur 12 tahun. Aku masih kecil sekali saat itu. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana aku bisa jadi cucu pria tua itu. Tapi menurut ibu panti aku adalah anak dari Kim Aira. Ibuku yang mati dengan menggantung dirinya disebuah tiang yang ada di gudang belakang rumahnya. Mengerikan bukan?
Setiap kali aku mengingat betapa silsilah keluargaku begitu rumit, maka aku akan lebih memilih untuk menjadi Kim Yerin si sebatangkara. Anak gadis yang berasal dari panti asuhan yang merupakan anak yang memang tidak diharapkan lahir ke dunia. Anak yang memang tidak seharusnya ada ditengah kekalutan yang ibuku rasakan. Tapi yang aku ingat dari cerita ibu panti adalah ayahku yang seorang bajingan keparat. Dia meninggalkan ibuku saat ibuku mengandungku. Sialan! Apakah semua pria seperti itu? Selalu bajingan dengan tampang inosen dan memuakkan?
Ah sialan sekali! Ibuku bertemu iblis dengan paras malaikat. Harusnya aku juga sadar bahwa didunia ini tidak ada yang sepenuhnya baik. Pasti dibalik kebaikan ada sesuatu terselubung. Seperti; timbal balik atau semacam 'simbiosis mutualisme'.
Hari ini adalah hari pertamaku. Ah iya, hari pertama aku menginjakkan kakiku di depan gerbang universitas yang memang aku impikan. Seoul Univercity.
Cukup mengesankan saat aku akhirnya melihat namaku tertera didaftar mahasiswa baru yang diterima dengan jalur beasiswa. Gratis. Lumayan sekali kan? Iya. Aku ini miskin, tentunya aku mungkin tidak akan mampu membayar biayanya jika bukan lewat jalur prestasi seperti ini. Sungguhan aku mengusahakannya. Aku belajar siang malam seperti hampir kehilangan jam tidur. Mata panda dan tubuh yang semakin langsing membuatku menyadari bahwa; inilah harga dari sebuah pencapaian. Harga yang harus kubayar kontan saat menginginkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...