5. | Pool Party

147 18 0
                                    

Perihal manusia yang selalu memiliki pilihan pada setiap napasnya berembus mengudara menginvasi parunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal manusia yang selalu memiliki pilihan pada setiap napasnya berembus mengudara menginvasi parunya. Pilihan tentang bertahan pada semesta yang mencoba menghakimi tanpa mau mendengarkan keluhan apa yang telah tertahan dalam benak bak pisau tajam yang kian mengoyak, atau malah mengakhirinya dengan memutuskan mengoyak balik namun pada arteri yang di pergelangan tangannya. Menusuk kemudian menghampiri pekat gelap dan bertemu cahaya di pertigaan antara surga dan neraka. Pilihannya hanya sampai disana. Hanya dua, meskipun manusia juga masih bisa berharap-harap cemas untuk kisah cintanya jika saja semesta mengijinkannya.

Kisah cinta. Perihal pada pengakhiran kisahnya yang hanya akan berakhir pada dua opsi sebagai satu dari dua pilihan yang bahkan tidak bisa dipilih. Kematian dan pengkhianatan. Rasanya sepertinya lebih baik dengan kematian daripada harus merasakan pedihnya luka yang disebabkan oleh pengkhianatan. Karena jelas pengkhianatan akan lebih terasa menyakitkan daripada yang bisa dibayangkan. Jika kematian akan memberikan satu kali masa sekarat, maka pengkhianatan akan memberikan setiap detik masa hampir menemui ajal disaat napas masih senantiasa berembus. Tidak ada bedanya, keduanya juga akan berakhir kematian. Antara mati raga atau mati rasa. Antara membunuh dalam satu kali tarikan nyawa, atau membunuh perlahan hingga tak bisa bernapas lalu berakhir mati juga. Sudahlah. Terlalu banyak jika pengkhianatan terus diungkit kala hati tak pernah menemui sembuhnya dari luka khianat yang memang tidak akan pernah bisa sembuh sepenuhnya.

Berkali-kali Yerin mencoba menarik diri dari luka lama itu. Bukan perkara dirinya tersakiti karena dikhianati, namun perihal harga dirinya yang terlukai karena terang-terangan diduakan.

Brengsek! Rasanya Yerin tak pernah bisa berhenti mengumpat jika teringat betapa dirinya dulu sempat hancur bersama harapannya. Mengolah rasa akan sama menyakitkannya kala matanya melihat dengan jelas kekasihnya, maaf, mantan kekasihnya dulu tidak mengangkat panggilan teleponnya dan disaat dirinya mengunjungi apartemennya, yang dirinya dapati adalah kekasihnya yang sedang bermain kuda-kudaan bersama seorang gadis lain.

Mengerang. Mendesah. Yang bahkan suaranya masih jelas sekali teringat tanpa diingat. Wajahnya juga tak terasa asing saat Yerin memasuki pool party satu tahun yang lalu bersama Jungkook. Yerin jelas tidak lupa bagaimana aksen eropa itu memerah saat kekasihnya menghentak sambil memejam nikmat. Dibalik pintu yang mencipta celah itulah Yerin menyaksikan segalanya. Dimana gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang ia hempaskan harga dirinya tepat hingga terjerembab pada dasar bumi terdalam di pool party malam itu.

Yerin tidak pernah haus akan pengakuan bahwa dirinya adalah orang baik. Yerin juga tidak pernah berjanji akan menerima begitu saja saat harga dirinya terlukai. Yerin tidak pernah mengatakan bahwa dirinya bukan pendendam. Yerin hanya mengatakan bahwa dunia terlalu baik pada orang yang memiliki isi kepala lumayan cerdik. Terkadang dunia memang terasa begitu kejam, namun juga tidak sekejam itu. Kendati semesta mencipta luka dengan lantaran sebuah khianat, semesta jugalah yang akan memberikan kesempatan untuk dendamnya terbalaskan.

Jika dulu dirinya serapuh batu kapur dengan harga diri yang seolah terinjak, maka ada kalanya pula dirinya yang berada dipuncak tertinggi sebuah pencapaian. Bibirnya bisa menyungging begitu pongah. Seringaian panas yang juga mendominasi pada pada wajah manis dengan aksen Korea nya yang begitu kentara.

Perfect Secrets ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang