Pertemuan adalah awal dari perpisahan.
Seperti itulah yang sering sekali Kim Yerin dengar dari sebuah podcast yang sering ia dengar untuk pembedahan bukunya. Terkadang Kim Yerin tidak hanya butuh membaca bukunya guna menarik kesimpulan dari apa yang memang harus ia temukan, melainkan Kim Yerin terkadang memerlukan suara dari penulisnya langsung untuk bisa memahami karakter yang ingin penulis itu sampaikan pada bukunya.
Kim Yerin tahu bahwa tidak semua mahasiswa sastra melakukan semua itu, hanya saja mungkin teknik pembelajaran Yerin sedikit berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Jika biasanya orang akan dengan mudah menarik pesan dalam buku yang dibaca, Yerin perlu untuk setidaknya mendengar satu atau dua patah kata dari penulis saat jumpa pers atau event tertentu agar bisa menarik kesimpulannya secara maksimal. Tetapi itu berlaku untuk buku yang sekiranya penulisnya sering muncul dipublik atau setidaknya pernah menyumbangkan suaranya ke publik. Dan tanpa itupun sebenarnya Yerin juga kelewat pandai melakukan tarik kesimpulan hanya dengan membaca. Hanya saja ia perlu pertimbangan lebih banyak karena bacaan adalah makanan yang perlu di kunyah lebih dulu baru bisa ditelan. Seperti halnya kalimat yang tertulis dalam sebuah buku, ia harus menelaah lebih dulu baru kemudian ia masukkan dalam isi kepala. Itu kebiasaan, dan seperti yang telah semua orang tahu bahwa; buku bacaanmu akan secara tidak sadar menunjukkan siapa dirimu.
Seperti itu jugalah yang sebenarnya tidak benar-benar terjadi. Kim Yerin tidak menyangkal kalimat; pertemuan adalah awal perpisahan. Namun sedikit ditambahkan beberapa suku kata yang akan memperindahnya.
"Pertemuan adalah awal dari perpisahan untuk dipertemukan kembali."
Bagaimana? Menjadi lebih indah, 'kan? Setidaknya itulah yang terjadi pada gadis yang sedang duduk begitu canggung didepan kedua orang tua dari sahabatnya. Kendati suasananya tenang, namun berkat itulah kecanggungan mulai merambat disetiap ujung jemari siapa-siapa saja yang ada diruang tamu.
"Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Kim Dahyun menyembunyikanmu begitu lama."
Yerin masih menatap nyalang pada apapun yang ada disana. Jelas ia sedang mencari topik pembicaraan yang mungkin saja bisa memecah suasana yang terasa semakin mencekam. Apalagi saat pria bernama Kim Yohwan itu mulai mengeluarkan suaranya setelah terduduk disamping istrinya dan berhadapan langsung dengan Yerin. Dan kalimat itu jelas tertuju untuk Yerin. Tentang siapa dirinya. Ini bukan hal baru, namun tetap saja Yerin merasa berat sekali memikul nama kakeknya yang selalu disangkut pautkan dengannya jika sudah mengenalnya.
"Aku minta maaf atas semuanya, Kim Yohwan-ssi. Jika perkataanku dan tindakanku mungkin tidak berkenan," ujar Yerin sembari menundukkan kepalanya satu kali. Kim Yerin sungguh-sungguh dengan maafnya. Ia tidak sedang mengumbar ucap manis, dia bersungguh-sungguh. Meskipun ia sarkas luar biasa, ia tetap menghormati yang lebih tua darinya. Kendati ia tahu siapa Kim Yohwan yang merupakan kolega bisnis kakeknya.
"Harusnya aku yang berterimakasih padamu. Jika kamu tidak datang malam itu, mungkin aku akan menyamai iblis dan membunuh anakku sendiri," ujar Kim Yohwan dengan kesungguhannya. Itu yang Yerin nantikan semenjak malam itu, penyesalan dari seorang Kim Yohwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...