"Aku mengerti, Taehyung. Tidak perlu khawatir."
Pria itu mengakhiri panggilan ponselnya dari temannya. Akhir dari pembahasan tadi malam yang tertunda bersama Kim Taehyung. Ia memutuskan untuk menyetujui semua rencana Taehyung bahkan tanpa sekalipun curiga.
Sama seperti semua orang yang tak pernah sepenuhnya berhati baik. Tidak ada istilah orang baik dan orang jahat dalam kamus hidupnya. Yang ada hanyalah simbiosis mutualisme, dimana hanya ada hubungan saling menguntungkan saat dua telapak tangan saling menggenggam bersama seringai.
Park Jimin juga memiliki rencananya sendiri. Ia tahu siapa Kim Yerin, dia penulis sekaligus anak mayor. Calon pewaris. Bagaimana bisa Jimin tidak melihat potensi itu? Ia bisa menjadi CEO terkaya dengan menggaet Yerin sebagai bagian dari Publisher-nya. Kim Yerin berpotensi sekali menggebrak pasar bacaan jika strateginya tepat. Jimin tahu bahwa Yerin salah masuk perusahaan penerbitan sialan itu, tidak bisa melihat potensi dan itu menjadi penghambat nomor satu karyanya yang luar biasa itu tidak menemui pasar pembacanya. Maka dari itu, biarlah sekarang Jimin menjadi a head of mastermind. Dia percaya bahwa sesuatu yang direncanakan pasti menemukan kejayaannya. He believe in universe dan dia percaya bahwa takdir tak pernah salah menunjukkan jalannya.
Selanjutnya, bagi seorang pria yang tidak tidur hampir semalaman, Park Jimin. Pria berusia hampir memasuki 25 tahunnya. Paginya bukanlah pagi istimewa. Fajar menyingsing juga sudah beberapa jam yang lalu. Park Jimin mencoba untuk membangunkan Jungkook. Sedari tadi pria dengan plester penurun panas didahinya itu terus saja meracau, bahkan tidak membiarkan Jimin tertidur dengan tenang. Seperti sungguhan mengerjainya. Yerin benar juga, dirinya sangat direpoti oleh Jungkook yang mabuk hingga kehilangan akal pikirannya. Biasanya Jungkook hanya mabuk dan itu masih sadar. Tetapi sialan sekali karena sekarang Jungkook bahkan belum bangun. Efek alkoholnya luar biasa parah. Bahkan Jungkook tidak lelah meracau satu nama sepanjang malam. Siapa lagi kalau bukan Kim Yerin.
"Ah pantas saja gadis itu tidak mau Jungkook tahu dia ada disini saat Jungkook bangun. Racauannya gila dan itu memuakkan saat terdengar ditelinga," gumam Jimin sambil melirik sinis. Matanya memincing lantaran sebenarnya ia mengantuk, namun ia juga harus dituntut mendatangi sebuah rapat pertemuan untuk acara besok siang. Ia akan menjadi salah satu tamu untuk acara wisuda. Bersama Taehyung sebagai dua penilai untuk beberapa potensi manusia yang mungkin saja bisa masuk kedalam kriteria untuk masuk ke perusahaan milik mereka.
"Yerin-ah. Aku ingin menyentuhmu seperti dulu," gumam Jungkook saat matanya masih terpejam. Bibirnya menyungging senyuman tetapi jelas itu tidak sadar sama sekali. Jungkook masih berada dibawah kendali alkohol. Otaknya masih bergeser setidaknya satu inchi dari tempat yang seharusnya.
Jimin bergidik mendengarnya. Jungkook sialan sekali membuat adik kecilnya bereaksi. Tebakan bahwa persahabatannya jelas jauh dari kata sehat. Toksik. Bagaimana bisa seorang sahabat saling menyentuh, skinship, tidak mungkin juga skinship-nya hanya sebatas berpegangan tangan. Jimin yakin bahwa Jungkook pasti sudah menyentuhnya lebih jauh. Lebih intens. Sialan! Gadis manis itu! Rasanya jadi tidak rela sekali mendengar Jungkook meracau seperti merindukan hujaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...