3. | The Car

274 31 0
                                    

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghela napas panjang saat aku sungguh-sungguh telah duduk di mobil mahal ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghela napas panjang saat aku sungguh-sungguh telah duduk di mobil mahal ini. Lamborghini keluaran terbaru dan dengan atapnya yang sekarang telah Jungkook buka dengan sengaja. Membuatku bisa dengan mudah melihat wajah Jungkook dari samping setelah ia melemparkan buku sastraku ke jok belakang dengan cara yang kelewat kurang ajar. Berbeda sekali saat sedang memintanya.

Tentu saja aku tidak berharap di perlakukan dengan baik-baik oleh pria yang sekarang seperti kehabisan pil tidur. Harusnya manusia seperti Jungkook itu tidak perlu hidup sekalian agar tidak meresahkan seluruh gadis di penjuru sudut seisi kota Abel Red ini. Rasanya seperti kehadiran Jungkook adalah momok dimana-mana. Termasuk sama saja saat aku sungguhan jadi pusat perhatian saat sedang di lahan parkir dengan beberapa mahasiswa yang melewati mobil Jungkook lalu tersenyum sinis kearahku.

Aku memang membenci tatapan sinis, namun aku suka saat aku terang-terangan mendapat senyuman iri dari mereka. Aku merasa jadi superior meskipun sekarang bukan superior yang aku harapkan. Namun cukup membuatku tersenyum simpul dengan alisku yang terangkat satu, saat aku melihat Jungkook mulai merogoh sakunya untuk mengembalikan ponselku. Ya aku bahkan hampir lupa bahwa ponselku sempat di simpan oleh Jungkook didalam saku celananya.

"Ponselmu," ucapnya dengan nada yang dibuat lirih atau memang itu suara aslinya.

Ah aku hampir lupa, aku baru kembali bertemu dengannya setelah 3 bulan yang lalu. Dan pertemuan kedua yang aku tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya. Ini tidak menyenangkan tetapi tidak juga terlalu merugikan.

Aku menyahut ponselku begitu saja. Ya aku tentu tidak lupa berterimakasih. Namun sebenarnya aku juga tidak tahu aku berterimakasih untuk apa. Untuk mempermalukanku? Atau untuk tumpangan mobilnya ini. Setidaknya aku jadi bisa tahu rasanya duduk diatas kursi mobil mahal.

"Terimakasih," ucapku dan aku langsung beringsut memutar badanku. Membuka pintu mobil untuk keluar, namun sialan sekali karena terkunci. Jungkook sengaja.

"Aku harus pulang. Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau! Bahkan aku tidak tahu apa tujuanmu," ujarku dengan nada yang jelas aku rendahkan.

Biasanya aku akan menghajar dan paling tidak aku akan menampar untuk orang-orang yang memaksakan kehendakku, tetapi untuk kali ini aku berusaha bersikap lembut. Aku sudah serampangan dari sananya, namun rasanya aku bahkan terlalu tidak tega melihat mata besar itu berbinar menatapku.

"Aku membutuhkan bantuanmu lagi, malam ini," ujar Jungkook lagi sambil sekarang terlihat jemarinya menekan tombol dipintunya yang langsung diikuti atap mobil yang mulai menutup. Aku hendak berdecak kagum, tapi terlihat terlalu kampungan. Aku tentu tidak ingin mempermalukan diriku sendiri. Aku lebih suka terlihat elegan dan mahal dalam artian pembawaan dan ya jelas sebuah penilaian.

Sejenak aku perlu memproses apa yang telah pria Jeon itu katakan padaku. Dengan mata berbinar sebening berlian itu, dengan tatapan yang lebih lembut dari sorot mata dewi athena sekalipun, dan tentunya jauh sekali dari sorot mata saat aku pertama kali bertemu dengannya.

Perfect Secrets ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang