Seorang pria hanya bisa berteman jika dirinya menyukai seorang wanita. Tetapi wanita hanya bisa berteman jika dirinya tidak menyukainya.
Jeon Jungkook. Pria yang baru saja siuman dari tidur panjangnya. Baru saja bisa membuka lebar matanya setelah sekian lamanya menyembunyikan manik hitam jelaga indah miliknya dibalik kelopaknya yang menutup. Namun sepertinya Jungkook bukan tipikal manusia yang akan membiarkan isi kepalanya menganggur, karena nyatanya sekarang disaat dirinya baru saja menemui kewarasannya, dirinya malah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Jungkook masih senantiasa bertanya-tanya dalam benak sendiri, tentang apakah Yerin tidak pernah sekalipun menyukainya sebagai seorang pria? Bukan hanya seorang sahabat? Atau teman?
Sembari menahan perihnya luka di wajah, memar yang membiru, serta beberapa plester yang seolah menarik kulit Jungkook hingga nyeri, pria itu mulai mencoba untuk duduk diatas ranjangnya, meskipun sulit, Jungkook tidak mudah menyerah. Dan akhirnya Jungkook berhasil duduk dengan dua bantalnya sebagai sandaran. Namun tetap saja, isi kepalanya hanya tentang gadis Kim itu. Gadis yang sama yang ia mendengar suaranya dengan samar dirumahnya malam itu. Suaranya parau namun tetap mempertahankan ketegasannya seperti biasa. Tipikal Kim Yerin sekali. Seperti kesempurnaan semesta ada dalam diri Kim Yerin. Tuhan benar-benar sedang dalam mood yang baik saat menciptakan gadis dengan ketidaksempurnaan yang hampir sempurna itu.
Menimbang. Menimang. Bertanya-tanya dalam benak sendiri. Rasanya janggal sekali, atau malah sekarang hanya Kim Yerin lah yang hampir menguasai isi kepalanya. Sistem kerja otaknya seolah berhenti kala nama itu muncul kembali. Jungkook sempat menggelengkan kepalanya dengan kasar beberapa kali, berharap bayangan Yerin akan menghilang setidaknya hanya beberapa detik. Namun nihil, usahanya sia-sia karena nyatanya sekarang bayangan itu malah menjadi nyata. Jungkook bahkan sampai mengerutkan dahinya muak. Pikirnya; kenapa delusinya bisa segila ini? Perkara ingin membuat bayangan Yerin menghilang sejenak, tetapi sekarang bayangan itu seolah terasa nyata tengah berjalan menghampirinya. Jika memang penyiksaan, tolong jangan siksa Jungkook dengan kesemuan yang Jungkook rasakan terhadap Kim Yerin. Jungkook pening. Ia takut jika ia banyak berpikir ia akan tua sebelum waktunya.
"Oh ya Tuhan, kenapa juga malah bayangan itu menjadi nyata?"
Jungkook mengguman dengan wajahnya yang lucu. Hidungnya mengerucut gemas sambil matanya yang seperti tidak mau mengedip barang satu kalipun. Bibirnya beberapa kali menggumamkan kata yang bahkan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
"Bangunlah, bastard! Kau membuatku hampir jantungan kemarin malam!"
Jungkook terkesiap. Rasanya menyesal telah hanya menggumam. Atau menyesal bahwa menganggap semuanya hanyalah delusinya yang ada dalam otaknya. Jika memang Kim Yerin bukanlah hanya sekedar bayangan, maka untuk membuktikannya sekarang Jungkook sedang mencoba menyentuh pipi sang gadis dengan telunjuknya yang bergetar.
Jungkook aneh! Apa sungguhan pria itu hilang ingatan setelah dihajar habis-habisan? Sungguh jika iya, maka Yerin tidak akan segan-segan membuat Kim Yohwan itu mendekam dalam penjara jongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...