Malam memang selalu indah. Itulah yang berkali-kali Kim Yerim gaungkan dalam kurun waktu 10 menit terakhir. Dengan balutan dress kasual berwarna hitam yang memiliki belahan di paha hingga pertengahan, lalu dengan model O neck pada bagian leher dan tanpa lengan, gadis itu berlenggak-lenggok didepan cermin besarnya.
Kim Yerin bukanlah orang yang akan senantiasa merasa kurang pada penampilannya. Bukan bermaksud narsistic, namun ia memang selalu no problem dengan looking-nya yang memang sudah terlalu sempurna. Sebagai seorang ratu, ia sadar tidak akan ada yang menginjaknya. Kendati ia tetap menganggap bahwa sarkasnya adalah bentuk perlindungan diri, Kim Yerin tetap memiliki sisi lembut yang hanya ditunjukkan didepan orang-orang yang benar-benar dekat dengan dirinya.
Sarcasm is a body's natural defense against stupid.
Sarkasme adalah bentuk dari reaksi tubuh alami melawan pembodohan. Dan Yerin tentu saja ingin membuat semua gadis sadar bahwa sarkas untuk manusia-manusia sialan yang telah menyakitinya itu tidaklah berdosa. Hidupmu tidak untuk disakiti. Hidupmu tidak untuk menerima cacian. Kita tidak terlahir untuk menjadi bahan mulut sampah mereka yang bisanya hanya menyudutkan tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.
Manusia tidak ada yang terlahir jelek, tidak ada yang terlahir bodoh. Manusia terlahir dengan keistimewaannya, dengan apa yang mereka miliki sebagai sebuah berlian. Manusia tidak ada yang lahir untuk dicaci, dihina, dan diinjak semaunya. Jika ada, berarti bukan manusianya yang salah, hanya saja tempat lahirnya yang salah. Mereka mungkin lahir ditengah masyarakat yang suka menghakimi. Tanpa ampun dan itu menyusahkan.
Kim Yerin adalah epitome dari penggebrak feminisme dimana ia selalu menyetarakan apa itu kesetaraan hak dari dua gender yang selalu mengalami ketimpangan. Dimana disaat seorang wanita bisa memasak itu akan dianggap biasa saja, atau malah dianggap hal wajar karena memang itu pekerjaannya. Sedangkan seorang pria yang bisa memasak, ia akan mendapatkan pujian yang tidak terkira. Bahkan sampai ada yang menyebutnya chef atau pria yang sempurna.
Muak. Kim Yerin muak dengan anggapan itu. Manusia tidak lahir dengan keterampilan itu. Itu adalah seni. Seni bertahan hidup yang alami. Insting lapar yang akan membawa manusia itu menggerakan kedua tangan untuk berkutat didapurnya. Memasak air atau telor. Atau hanya sebungkus mie instant ramyeon, dan memasak nasi dalam ricecooker. Semua itu hanyalah seni yang dimiliki oleh kedua gender dan tidak ada yang menunjukkan bahwa itu adalah keistimewaan. Namun melihat pria yang diagungkan sekali jika bisa memasak, Kim Yerin sebagai seorang gadis modern jadi rasanya tidak terima sekali dengan stereotip itu. Ia juga ingin dianggap istimewa jika bisa memasak, walaupun sekarang gadis itu hanya bisa memasak air, ramyeon, dan telor overcook setiap harinya.
Namun justru karena itu, jika mungkin saja Kim Yerin akan mendapatkan pujian yang sama yang didapatkan seorang pria saat bisa memasak, ia akan belajar satu demi satu kiat memasak dengan senang hati. Namun rasanya tak adil sekali jika ia telah bisa memasak namun tetap saja ia akan mendapatkan lontaran kalimat seperti ini; "Anak gadis memang harus seperti itu, bisa memasak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Secrets ✓
Fanfiction[COMPLETED!] [SERI-1] Aku tahu duniaku hanyalah berisi tentang hancurnya kepercayaanku pada sebuah hubungan, tapi mungkin garis takdir ini adalah yang paling indah untukku menyadari bahwa masih ada rengkuhan yang lebih hangat dari sekedar kasih tak...