Seorang pria dengan pakaian hitam-hitam serta sebuah topi dan masker hitam itu berhenti di depan sebuah toko. Terdapat rak yang menyediakan berbagai surat kabar terbaru. Ia ambil dan mulai membaca. Dia tewas?, batinnya.
Pria itu meletakkan kembali koran yang dipegangnya lalu berjalan menjauh. Beberapa bulan tak menghirup udara luar membuatnya ingin mengelilingi kota. Tak perlu repot harus naik apa karena kendaraan umum sudah memadai. Pria itu berhenti di halte untuk menunggu busnya datang.
Hampir satu jam akhirnya dia sampai di tempat tujuan. Ia langsung bersembunyi ketika melihat pemilik rumah tengah keluar bersama sekretarisnya. Ia tunggu hingga mobil itu keluar. Senyum terbit di bibirnya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menemui gadis kecil itu.
Doorbell ia pencet beberapa kali namun tak satupun mendapat sahutan. Ia mulai mengerut kening. Jendela kaca yang tertutup gorden transparan itu ia amati sehingga terlihat suasana dalam rumah. Sepi.
"Hello!"
Entah bagaimana caranya, pria itu sudah berada di dalam rumah. Ia amati arsitektur rumah minimalis dengan dominasi warna putih itu. Di dinding ruang tamu terdapat sebuah foto besar yang menunjukkan perhelatan pernikahan luar biasa. Ia pun hadir menjadi salah satu tamunya. Pria itu menyungging senyum sinis.
"Apa ini kamarnya?" tukas pria itu saat membuka sebuah kamar dengan ranjang besar.
"Sepertinya gadis itu tidak ada disini," gumamnya sendiri.
Tak mendapati seseorang yang dituju, pria itu pun memutuskan meninggalkan rumah dan kembali berjalan-jalan. Ia akan mencari restoran untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Tadi ia menemukan beberapa lembar uang di kamar rumah itu.
Setelah sampai di sebuah restoran, ia segera duduk. Tangannya melambai memanggil pelayan. Setelah menyebutkan makanan yang ingin disantap, ia pun menuju toilet. Ia tata rambutnya di depan wastafel sambil bersiul. Setelah dirasa cukup rapi, ia pun keluar dari toilet pria.
"Kau?!"
Pria itu memiringkan kepalanya. "Oh, wanita ular!" tukasnya sambil tertawa ringan.
Kedua manusia berbeda gender itu kini sedang duduk berhadapan. Pria itu menikmati makan siangnya. Sedangkan yang wanita menatapnya penuh selidik.
"Jadi kau sudah keluar dari penjara?"
Pria itu menggeleng. "Aku keluar sendiri. Hebat, kan?" tukasnya sambil menunjukkan senyum manis.
Wanita itu membanting garpunya. "Jadi kau buron?"
"Bisa jadi," jawabnya santai.
"Joshua."
"Sekarang giliran aku yang bertanya. Apa kau yang membunuh Sella?" tanya pria yang dipanggil Joshua itu.
Wanita itu mendecak. "Ya. Kenapa?"
"Fuck! Dia kekasihku."
"Really? Haha! Tapi wanita itu menggilai Erick."
Joshua mengangkat kedua alisnya sekali. Ia pun kembali memotong steak dagingnya. Di tengah adegan mengunyah, pria itu masih bicara, "Kau juga. Menggila pada Erick. Sehebat apa dia?"
Wanita itu tersenyum. Ia letakkan garpu dan pisaunya di meja. Kedua tangannya ditautkan dan sikunya menumpu di atas meja. Joshua menatap wajah cantik yang tersenyum padanya itu.
"Erick membuatku gila, Jo. Meskipun aku belum pernah merasakan ranjangnya, tapi kulihat dari video yang kurekam saat dia bercinta dengan puluhan kekasihnya, sepertinya sangat nikmat. Tapi bukan itu yang terpenting. Aku terlalu terobsesi padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_