MND 30 - Blue Eyes

8K 361 4
                                    

Robert memasuki pelataran rumah minimalis putranya. Sepertinya mereka juga baru sampai. Kening Robert mengerut melihat menantunya yang dipapah oleh Erick. Ia segera melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. Tak lupa satu kotak kue yang tadi ia beli juga dibawa.

"Dasha?" panggil Robert.

Dasha dan dua pria di sampingnya segera menoleh. Dada Robert bergemuruh melihat tonjolan merah yang membingkai iris almond itu. Gadis itu segera berlari dan memeluknya erat.

"Ayah.." panggilnya dengan suara basah.

Tangan bebas Robert terulur mengelus surai menantunya. Pandangan ia tujukan pada putra tunggalnya yang terdiam dengan sorot terluka, marah, dan frustrasi disana. Erick segera mempersilakannya masuk.

Rahang pria paruh baya itu mengerat. "Kita beritahu Mama dan Papa ya, Sayang?"

Dasha menggeleng cepat.

"Why?"

"Aku tidak mau Mama dan Papa sedih karenaku," lirihnya.

Erick mengeratkan pelukannya pada tubuh Dasha yang kembali bergetar. Robert berusaha menarik senyum. Ia buka kotak kue yang ia beli tadi. Beberapa potong cheesecake, pastry, dan beberapa donat mini ada disana.

"Ayah beli ini buat kamu. Ayah tahu kamu suka dengan kue seperti ini," tukasnya.

Dasha mengangguk.

"Mau yang mana?" tanya Erick lembut.

"Semuanya kan buat aku," tukasnya masih dengan sesenggukan membuat ketiga pria disana tertawa.

Erick mencubit pelan pipinya. "Maksudnya kamu mau makan yang mana dulu? Sebentar, aku ambil minum."

Pria itu segera berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan beberapa piring kecil. Saat ia berbalik, Robert ada disana. Ayahnya itu mendekat padanya dengan tatapan serius.

"Ayah lega Dasha meminta hal ini disembunyikan."

Erick mengerutkan kening mencerna ucapan ayahnya.

"Ayah takut Emmet memintamu untuk menceraikannya lagi."

Kepala Erick serasa kejatuhan batu besar. Ia tak ingin mendengar kata itu lagi. Sudah cukup dia hampir meregang nyawa karena terlalu kalut dengan perintah itu. Erick segera menata tumpukan piring kecil dan botol minum beserta gelas itu di atas nampan. Tanpa berkata apapun, ia meninggalkan Robert disana.

"Erick, aku mau makan strawberry cheesecakenya."

Erick menarik senyum. "Iya, Sayang. Apa Fabio tidak dikasih?"

Dasha menatap sekretaris pribadi suaminya itu dan juga kotak kuenya bergantian. Barisan warna-warni itu hanya untuknya. Tapi mengingat Fabio beberapa kali menolongnya, ia pun memutuskan untuk memberikan pastry dengan isian keju itu padanya.

"Dasha. Besok Ayah belikan lagi yang banyak untukmu," sahut Robert yang mendengar perbincangan itu.

Fabio tertawa sembari menerima pastrynya. Dengan jaminan itu, Dasha pun rela membagi kuenya untuk semuanya. Mereka makan bersama sambil bercanda.

Ayah dan juga Fabio menemani hari Dasha hingga malam tiba. Baru lima belas menit yang lalu dua pria itu undur diri setelah makan dan menonton film bersama. Sekarang Dasha tengah terdiam menatap bintang yang berkerlip di atas sana. Ia merangkul kedua lengan telanjangnya. Tiba-tiba tangan kekar memeluknya dari belakang. Hangat, namun hati Dasha terasa ngilu.

"Sudah pukul sembilan. Masuk yuk!"

Erick menggiring Dasha ke ranjang. Ia tatap lembut wajah mulus di bawahnya itu. Pria itu segera menurunkan kepalanya agar bibirnya menyentuh bibir Dasha. Tapi sesuatu lain membuatnya membuka mata. Gadisnya tengah menghalangi bibir mereka dengan telapak tangan.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang