MND 42 - Verdict

7.9K 404 22
                                    

Hohohoi.. Siapa yang kangenin Bang Erick?:v Happy reading<3

***

Dasha duduk di antara keluarga yang begitu bahagia. Mereka menerima kedatangan tak diundang Dasha dengan baik. Bahkan mereka mendatangkan dokter saat ia tiba-tiba pingsan. Dasha mengedarkan pandangannya menatap semua orang yang melingkari meja makan ini.

"Ini susunya diminum, okay?" tukas Lilian dan bergabung duduk bersama.

Dasha mengucapkan terima kasih kepada semuanya. Wanita paruh baya itu menyajikan makanan untuknya. Suasana begitu damai. Ruang makan dengan dinding kaca ini menampilkan pemandangan taman di belakang rumah yang terlihat begitu cantik.

"Makan yang banyak, Sayang. Wanita hamil gemuk itu tidak apa-apa," kata ibu Lilian.

Semua orang tertawa kecil mendengarnya.

"Terima kasih, Aunty."

Wanita itu mengangguk. "Anggap saja rumah sendiri. Dasha bebas melakukan apapun disini, okay?"

Dasha mengangguk pelan sambil tersenyum. Sarapan pagi ini begitu hangat menyentuh hati Dasha. Ia begitu diperhatikan dan diberi kasih sayang. Bahkan Lilian tetap duduk di tempat memastikan dirinya menghabiskan susu ibu hamilnya.

Setelah sarapan, Dasha dan Lilian duduk di bangku yang menghadap taman belakang. Mereka berbicara tentang bunga-bunga disana. Memutar kembali ingatan mereka saat duduk di bangku menengah atas dulu.

"Lalu.. kaktus adalah tanaman xerofit."

Lilian mendengus. "Sudahlah, Dasha. Aku sudah lupa semuanya."

Dasha tergelak karenanya. Lilian menatap Dasha yang sudah selesai dengan tawanya. Di mata almond itu terpatri jelas kesedihan yang mendalam. Lilian hirup udara dan menghembuskannya pelan.

"Dasha?"

Dasha menoleh. "Ya?"

"Aku ingin bertanya. Bagaimana bisa kau sampai disini dengan keadaan basah kuyup? Kau pasti kabur dari rumah, kan?"

Dasha menurunkan pandangannya. Ia pun mengangguk kecil. "Papa ingin menggugurkan janinku," lirihnya sembari mengelus perutnya yang masih rata.

Hati Lilian serasa mencelos. Ia elus lengan Dasha lembut. "Berarti kau ingin mempertahankannya, kan?"

Lagi-lagi Dasha mengangguk.

"Lalu bagaimana dengan ayahnya?"

Diam. Dasha terdiam. Lilian merutuk mulut laknatnya. Lilian terdiam beberapa saat. Namun otaknya berpikir keras merangkai sebuah kata agar tak kata-kata gila yang dikeluarkannya. Ia kembali menatap wajah Dasha yang masih saja pucat pasi. Kata Mama saat dia menjenguk keponakan dari bibinya, wanita hamil itu berbeda-beda. Apalagi dengan keadaan Dasha seperti ini.

"Dasha.. Aku ingin bertanya serius padamu."

Dasha menatap Lilian yang menunjukkan rasa simpatinya.

"Sebenarnya.. kau ini.. masih mencintai Tuan Erick tidak, sih?"

Secepat kilat Dasha mengalihkan tatapannya. Dengan cepat pula air merebak memenuhi pelupuknya. Kemudian buliran air itu mengalir dengan bebas melewati pipi dan jatuh dari dagunya. Beberapa dari mereka jatuh di atas tangannya yang mengepal erat.

"Aku.. Aku.."

Lilian memeluk Dasha. Gadis berambut blonde itu mengelus punggung Dasha. Matanya tiba-tiba memelotot saat melihat kekasihnya berdiri tak jauh dari mereka. Dengan bibir tanpa suara ia berkata, pergi kau! Jangan ganggu Dasha! Bukannya menurut, Jean malah duduk di samping Dasha, membuat Lilian memutar bola matanya. Dasha mengurai pelukan dan menghapus deraian air matanya.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang