MND 10 - Anxiety

17.1K 742 13
                                    

Setelah melambaikan tangan pada Dasha dan Erick, Lilian duduk di bangku halte. Sudah ada beberapa anak disana. Dia menebeng mobil Erick untuk menuju halte. Karena jarak sekolah ke gerbang lumayan jauh untuk jalan kaki. Bus sekolah berwarna kuning itu berhenti di depannya. Dia beserta beberapa siswa segera naik.

Tumben sekali Bastian sudah duduk disana, batin Lilian.

Lilian melakukan rutinitasnya dengan memasang headset di telinga. Ia terus curi-curi pandang pada pemuda yang memejamkan mata. Lilian bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Bastian. Pemuda itu menoleh dan menatap Lilian dengan kening mengernyit.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Lilian mati-matian menahan malunya.

Bastian mengangguk. Senangnya hati Lilian. Ia pun duduk dan memasang kembali headsetnya. Ia melirik pada ponsel Bastian yang memutar lagu rock.

"Kau suka lagu rock?" tanya Lilian.

Bastian menatap ponselnya. "Tidak juga."

"Tapi itu--?"

Bastian tersenyum sekilas. "Hanya terkadang saja."

Lilian mengangguk. Mereka saling diam dalam perjalanan hingga Bastian turun duluan. Lilian tak menyadari jika terdapat seorang pemuda yang menatapnya lekat dari tadi. Pemuda itu tertawa geli.

"Bastian pulang!"

"Iya, Sayang. Cepat mandi dan turun ya?!" teriak Helen dari dapur.

Bastian meletakkan tasnya di meja belajar dan mengambil duduk. Ia hela napas berat dan memijat pelipisnya. Ia ambil ponselnya dan menatap foto Dasha disana. Hatinya sakit melihat senyum itu.

Aku tidak menyangka kau mengatakan ini, Tian. Aku sekarang mengerti mengapa Mama dan Papa tidak menyukai hubungan kita. Perkataan Dasha berputar di pikirannya. Bastian menggeram sembari menjambak rambutnya.

"Aarrgghh!!"

Bastian mengamuk. Ia lempar ponselnya dan memporak-porandakan meja belajarnya. Jean bersandar di kusen pintu kamar Bastian sambil menatap kegilaan adiknya itu.

"Aarrgghh!! Why?! WHY?!!" teriak Bastian.

Pemuda itu terduduk, menekuk lutut dan memeluk tubuhnya sendiri. Ia sandarkan punggungnya di kaki meja. Kepalanya ia sembunyikan dibalik kedua lututnya. Lagi-lagi pemuda itu menangis.

Knock knock!

Bastian menoleh cepat.

"Cepat mandi dan makan malam," kata Jean lalu melenggang pergi.

Di ruang makan yang didesain jadi satu dengan dapur, Helen tengah memindahkan tumis udang dari panci ke dalam piring. Ia pun menoleh saat Jean datang dan mengambil duduk.

"Mana Bast?"

"Masih mandi," jawabnya.

Helen mengangguk dan berjalan mendekati meja makan. Ia letakkan tumis itu dan beralih pada Jean. Ia tersenyum melihat putra sulungnya itu.

"Jean."

Jean menoleh.

"Bagaimana tugas akhir kamu?"

Jean mengangguk. "Baik, Mom. Setelah ini Jean akan magang di kantor pengadilan. Tapi tidak tahu akan ditempatkan dimana," katanya sambil mencomot udang disana.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang