Hola, all! On the way final, nih... Staytune yaa<3 enjoy the story!
***
Robert tengah mematung di teras belakang rumah. Dalam dekapannya terdapat foto seorang wanita cantik berambut hitam dan bermata cokelat gelap yang lebar. Meski ia sudah merelakannya, namun rasa rindu seringkali membunuhnya. Tetapi malam ini berbeda. Pengakuan pembunuh istrinya menyayat kembali luka Robert yang selama ini masih berbekas.
"Sandra..."
Di sisi lain kota ini, Erick juga tengah merenung. Pria itu menggenggam pagar pembatas teras belakang rumahnya. Setelah memastikan istrinya tertidur, Erick memilih menikmati segelas cokelat panas untuk menenangkan pikirannya. Namun, bahkan sampai gelas itu menggigil, pikiran Erick malah kian berkecamuk. Erick terus mengulang pernyataan Ysabelle dalam kepalanya. Jadi memang wanita itu yang membunuh ibunya. Wanita itu, mantan kekasihnya. Dan Erick sendiri yang membawa luka itu pada keluarganya.
Semua berawal dari lima belas tahun yang lalu. Erick adalah pemuda tampan dengan segudang prestasi di sekolahnya. Meski anak orang kaya raya dengan segala fasilitas mewah, dia bukanlah anak yang neko-neko. Selalu mendapat peringkat satu, ketua ekskul arsitektur, piawai dalam segala jenis olahraga, bisa bermain musik dan membuat seni rupa, serta selalu langganan juara olimpiade. Kaum hawa mana yang tak memujanya? Namun Erick adalah anak yang terlampau penurut pada orang tuanya, terlebih ibunya. Ibunya selalu menasihatinya untuk belajar giat agar sukses saat dewasa kelak. Dan Erick selalu menerapkan hal itu dalam hati dan pikirnya. Jangankan berpacaran, nongkrong dengan teman-teman di kafe saja tidak pernah. Dia berkumpul hanya untuk kerja kelompok.
Pada jam istirahat anak lelaki sering bermain di lapangan, termasuk Erick. Seperti sekarang, mereka bermain bola basket. Saat seperti ini, mulai dari kelas satu hingga tiga membaur menjadi satu. Para gadis akan berjajar di tribun untuk menyaksikan aksi mereka sekaligus cuci mata.
"Yo, Erick!"
Erick melompat dan memasukkan bola ke ring lawan. Skor mereka bertambah tepat saat bel masuk berdering. Tim Erick menang seperti biasanya. Ia pun berjalan keluar lapangan. Namanya anak laki-laki, meski tidak neko-neko, Erick adalah anak populer. Tak jarang ia menggoda para gadis meski hanya bualan semata. Seperti sekarang, ia tengah mengerlingkan mata pada gadis cantik disana.
"Goda terus!"
Erick tertawa renyah saat temannya berceletuk. Mereka mulai pelajaran kembali dengan tenang. Seperti biasa, Erick selalu maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil kerjanya pada teman-teman.
Satu minggu kemudian, kantin tengah heboh karena ada aksi air mancur yang bersumber dari botol air mineral, mengalir melewati kepala, wajah, dan jatuh di atas meja. Semua siswa berdiri dan bergerombol melihat hal itu. Tak ada ponsel yang merekam, sebab sekolah mereka melarang siswa membawa barang elektronik itu.
Erick datang yang otomatis gerombolan itu membuka jalan untuknya. Ia bertanya, "Ada apa?"
"Dia terus menggangguku, honey," ucap gadis itu pada Erick.
Sontak hal itu membuat semua mata terbelalak. Gadis itu baru saja memanggil Erick dengan honey? Primadona sekolah itu sudah berpacaran?
Erick menatap pemuda yang menunduk dengan kepala basah itu. Dari badgenya, dia adalah adik kelas. "Kau mantan Ysabelle, kan? Berhenti mengganggunya. Dia sudah menjadi kekasihku sekarang," ucap Erick datar.
Ysabelle tersenyum mendapat pembelaan dari Erick. Ia mengintil di belakang pemuda itu. Tiba-tiba Erick berhenti membuat Ysabelle menubruk punggung lebar itu.
"Berarti kau sudah pernah berpacaran?"
Ysabelle menggigit bibir bawahnya dan mengangguk.
"Jangan takut. Dia tidak akan mengganggumu lagi, karena kau milikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_