MND 23 - Sweet Home

12.9K 461 5
                                    

Mary turun dari mobil Bastian lalu melambaikan tangan. Tak lupa senyum tipis ia kembangkan. Setelah mobil itu melaju, senyum itu menghilang seketika. Ia angkat kembali dua kantong belanjaannya. Gadis berambut perak itu membuka pintu rumah kontrakannya. Belum selesai ia menarik gagangnya, sebulir air sudah menetes melalui dagu. Mary mengusapnya dan segera masuk ke dalam. Ia tata belanjaannya di lemari kulkas dan dapur kecilnya. Gadis itu berjalan menuju kamar mandi dan mematut diri di cermin.

"Wanita itu.." ucapnya, "Dia berhubungan dengan Chelsea."

Mary dapat melihat dengan jelas air mata yang melewati pipinya. Rasa benci, marah, sakit, dan lainnya seakan menumpuk dalam benaknya. Ia basuh wajahnya dengan air hangat lalu mengganti pakaiannya.

Hari sudah menggelap, tapi Mary masih di posisinya. Gadis itu terdiam menatap layar TV yang terus berbicara sedari tadi. Pandangannya menembus layar itu. Ia terperanjat saat ponsel yang ada di genggamannya bergetar. Alis Mary menaut melihat nomor tak dikenal menghubunginya. Dengan pelan ia menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Halo?"

"Kak Mary?"

Kedua mata beriris hijau itu membelalak. Air mata Mary meluncur mendengar suara di seberang sana.

"Halo? Kak? Kakak disana?"

Mary tak sanggup lagi. Ia segera mematikan sambungannya lalu membekap mulutnya erat. Jujur, dia sangat bahagia mendengar adiknya yang sepertinya baik saja. Tapi Mary tak ingin adiknya tahu bagaimana keadaannya.

Gadis berambut perak itu pergi menuju taman kota. Angin malam mungkin dapat sedikit menenangkannya. Ia duduk di salah satu bangku yang menghadap sungai buatan. Mary pejamkan matanya erat sambil menghirup dan menghela udara.

"Maafkan Mamamu ini, Sayang," ucapnya tersenyum sambil mengelus perutnya sendiri.

Mary kembali mengangkat kepala. Pandangan ia edarkan ke sekeliling. Ia dapat melihat pemuda yang baru saja keluar dengannya tengah saling berpagut dengan wanita berambut hitam sore tadi. Dada Mary bergemuruh.

Bastian melepas pagutannya. Ia tangkup wajah Arinda dan tersenyum lembut. Wanita itu menyandarkan kepalanya di dada Bastian. Detik kemudian dia terbelalak. Gadis yang tengah mengandung itu menatap Bastian penuh luka.

"Kenapa kau melakukan ini padaku, Bast?"

Arinda menegakkan kepalanya. Tatapannya bertemu dengan gadis putus asa itu. Arinda tahu semua tentang gadis itu dan bagaimana bisa dia mengandung benih Bastian. Pemuda itu sudah menceritakan semuanya padanya.

"Mary.." panggilnya.

Mary terbelalak mendengar Arinda memanggil namanya. Jika wanita berambut hitam itu dapat memanggilnya, berarti wanita itu sedikit tidak pasti mengenalnya. Wanita itu berdiri dari duduknya dan meminta Mary duduk di samping Bastian.

"Aku tidak ada apa-apa dengan Bastian. Kau tidak perlu cemburu," ucapnya.

Mary memelotot mendengar perkataan itu. Ia menatap tak percaya pada Arinda. Tidak perlu cemburu? Apa wanita ini sudah gila? Mary menggeleng pelan.

"Aku tahu semua tentangmu," aku Arinda.

"Siapa kau?"

Arinda mengulurkan tangannya. "Arinda."

Mary menggeleng pelan. "Kau tahu bayi siapa yang ada di dalam kandunganku ini?"

Arinda mengangguk. Bastian berusaha meredakan tensi Mary yang terus meninggi. Ia raih Mary dalam dekapannya dan menepuk punggungnya pelan berkali-kali.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang