MND 33 - Warning!

22.7K 338 3
                                    

Manik mata beriris almond itu kembali menatap rentetan gedung yang tak asing untuknya. Suaminya akan langsung mengantarkannya ke rumah orang tuanya. Sebab pria itu akan terbang ke Taiwan sore ini juga. Meski hatinya tak merasakan kelegaan sedikitpun, Dasha Maximilian berusaha merelakan. Dia mengerti dia harus belajar. Sekarang statusnya bukan lagi seorang anak, melainkan seorang istri. Apalagi istri dari pewaris tunggal perusahaan besar.

"Sayang." Ashley langsung menyambutnya dengan pelukan hangat. Dari tatapan mereka, Dasha bisa menebak jika suaminya sudah menceritakan seluruhnya. Pria itu mengikuti langkah istri dan mertuanya hingga ke kamar. Ia tata segala pakaian istrinya di lemari.

"Kalian mandi dan turun makan siang, okay?"

Erick Maximilian mengangguk menanggapi mertuanya. Ia menoleh pada istrinya yang terdiam duduk di tepi ranjang. Pria itu menghembuskan napas berat. Ia berjalan dan berjongkok di kaki istrinya.

"Baby."

Dasha menarik tangannya dari genggaman Erick. Ia memilih mengambil handuk untuk segera membersihkan diri. Setelah menutup pintu, Dasha bersandar di baliknya. Dadanya bergemuruh hebat. Rasanya semakin bertalu-talu saat tetes demi tetes jatuh dari dagunya.

"Oh, putri Papa!" ucap Emmet yang melihat Dasha bergabung di ruang makan.

Dasha tersenyum menanggapi ayahnya. Gadis itu duduk di kursi makannya. Ashley segera bergerak menyajikan makanan untuk putri dan menantunya.

"Makan yang banyak. Nanti sore kamu sudah harus berangkat," tukasnya pada Erick.

Erick tersenyum. "Terima kasih, Mama."

"Jangan khawatirkan Dasha. Disini ada Mama Papa dan juga Kakeknya."

Erick menatap pria tua itu dan mengangguk. Ia beralih menatap Dasha yang terus saja terdiam sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Ashley juga menatap lamat putrinya itu. Dia paham bagaimana Dasha. Gadisnya memang sangat manja pada orang yang disayangi. Pada Jespher dan Emmet ia juga begitu.

Setelah makan siang, Ashley dan Dasha duduk berdua di taman belakang. Gadis itu menikmati chamomile tea dan beberapa biskuit gandum. Tiba-tiba Ashley menyelipkan rambut Dasha membuat gadis itu menoleh.

"Jangan begini, Sayang. Mama tahu kamu kecewa dengan keadaan. Tapi suamimu akan lebih tersiksa dengan sikapmu ini. Dia pasti sangat frustrasi karena harus meninggalkanmu."

Dasha mengangguk. "Iya, Ma."

"Oh, Erick! Sini, Sayang. Menantu Mama semakin hari semakin tampan. Sudah cocok jadi seorang ayah."

Erick tertawa kecil mendengarnya. Ia melirik pada Dasha yang masih saja terdiam. Ashley menepuk pundaknya beberapa kali lalu beranjak meninggalkan mereka berdua. Erick langsung mendekat pada istrinya.

"Say something please, baby."

Dasha menatap Erick. "Cepatlah pulang. Aku akan selalu merindukanmu," ucapnya dan menghambur pada dada bidang Erick.

Pria itu mengangguk. "Ya, babygirl. Aku akan cepat pulang."

Keluarga itu berada di teras rumah. Fabio sudah datang menjemput Erick untuk segera berangkat. Koper juga telah ditaruh di bagasi. Erick memeluk tubuh istrinya dan menatap lekat wajah yang menahan tangis itu.

"Takecare, baby."

Dasha mengangguk. Lolos sudah. Air mata yang sedari tadi dibendung akhirnya terjatuh juga. Dasha memeluk erat tubuh Erick sambil terisak. Erick terkekeh dengan sikap istri kecilnya ini.

"Aku berangkat dulu, okay?" ucapnya sembari menghapus linangan air mata Dasha meski sia-sia.

Dasha mengangguk. "Safe flight, baby."

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang