BUGH!!
"Apa-apaan ini, Ayah?!" sahut Erick saat tiba-tiba dia mendapatkan pukulan keras dari Robert.
"Itu ganjaran untuk suami kurang ajar," desis Robert.
Erick mengernyit. Ia pun menghela napas lalu menggeleng. "Ayah dengar dari Papa?"
"Ya! Emmet menceritakan semuanya."
Erick menatap Robert. "Ayah. Semua itu hanya salah paham. Mereka salah paham. Aku tidak bertengkar dengan Dasha. Gadisku itu hanya sedang kalut."
"Kau bahkan menamparnya, Erick."
"Astaga! Aku tidak menamparnya, Ayah."
Robert berjalan dan duduk di sofa. "Mana ada maling yang mengaku."
Sudut bibir Erick berkedut menahan emosi. "Terserah!" teriaknya dan melenggang pergi.
Erick mengemudi dengan emosi yang menggerogoti. Semua orang memojokkannya. Apa salahnya? Erick menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya. Seketika kakinya menginjak rem sangat kuat.
"Kau!" kesal Erick setelah turun dari mobil.
Wanita berambut hitam itu terkekeh. "Aku tidak sengaja melihat mobilmu melaju. Ayo keluar, Erick! Kita makan siang bersama."
Erick memutar bola matanya. Namun wanita itu menyeret Erick masuk ke mobil. Wanita itu terlihat senang. Terlihat dari garis bibirnya yang terus terangkat. Erick mendengus kesal.
"Kau terlihat tidak sedang baik-baik saja. Kau bisa cerita sembari kita makan siang."
Wanita bernama Arinda itu menggiring Erick menuju deretan meja dalam sebuah restoran. Tempatnya nyaman, tidak terlalu terekspos dari luar tapi tetap bisa menikmati suasana sejuk dari pepohonan yang sengaja ditanam. Arinda segera melambai tangan untuk memesan makanan.
"Aku akan pilihkan best seller disini," katanya.
Erick hanya mengikut saja dari tadi. Ia tumpukan rahangnya di tangan kekarnya dan menoleh pada taman buatan itu. Arinda mengikuti gerakan Erick berikut arah tatapannya.
"Kutebak.. Erick pasti sedang banyak pikiran," tukasnya.
Erick menoleh pada wanita itu.
"Aku sangat hapal tingkah laku Erick. Dan semuanya belum berubah. Kau pasti sedang ada masalah dengan istrimu."
"Don't act like you know everything about me."
Arinda tersenyum. Ia segera menyambut pelayan yang datang mengantarkan minuman mereka. Setelah tertata rapi, Arinda segera menyedot deep blue oceannya.
"Cerita saja," tukasnya.
Mobil hitam Erick melaju menuju sebuah taman yang ya... cukup jauh. Arinda tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu mau mengantarkannya ke tempat yang sangat dirindunya. Tepat saat mereka turun, ponsel Erick bergetar. Ia merogoh dan menatap layarnya.
"Siapa?"
Erick menggeleng dan menggeletakkan ponsel itu di dalam mobil. Ia memilih berjalan bersama Arinda menuju taman bermain yang sudah terbengkalai itu. Pria berbalut jas formal itu mengikuti langkah wanita berambut hitam untuk menelusuri setiap inci taman ini. Hingga mereka duduk di sebuah ayunan.
"Apa Erick masih mengingat tempat ini?"
"Tentu."
Arinda tersenyum miris. "Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat," ucapnya sembari menatap Erick yang duduk di ayunan sampingnya.
Erick membalas tatapan itu.
"Selama itu juga aku tak bisa melupakanmu, Erick."
Erick segera mengalihkan tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_