Dasha melebarkan senyumnya bersamaan dengan setiap langkah yang ia ambil. Di tangannya terdapat satu kotak kue dari toko yang baru saja ia kunjungi. Toko itu masih dalam promo grand opening dan Dasha langsung jatuh cinta dengan rasa serta pelayanannya. Ia akan memberikan hadiah untuk suaminya siang ini. Hitung-hitung sebagai rengekan untuk berlangganan disana.
"Selamat siang," sapa receptionist.
Dasha tersenyum pada wanita itu. Ia segera menaiki lift dan menuju ruangan suaminya. Kali ini ia tak bertemu Fabio, mungkin pemuda itu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Pintu yang terbuat dari kaca itu ia dorong. Namun gerakan Dasha terhenti seketika saat suara wanita menjamah indra pendengarannya. Kening Dasha mengerut sebagai tanda ia tengah merespon suara itu. Mata Dasha membulat. Ia melanjutkan gerakannya.
"Erick! Give it back to me!" rengek wanita yang tengah berada di atas tubuh Erick.
Dasha terdiam menatap dua makhluk berbeda gender disana. Rasanya aliran darah dalam tubuhnya mengalir deras namun kepalanya tak cukup mendapatkan oksigen. Bunyi gemeretak giginya terdengar mengerikan.
"Erick!"
Dua manusia itu menoleh cepat padanya. Mata Erick membelalak. Ia segera menyingkirkan Arinda dari tubuhnya dan berlari mengejar Dasha. Ia harus menghindari kue yang tersebar di dekat pintu karena gadis itu membantingnya tadi.
"Dasha!" Berhasil! Erick meraih tangan Dasha membuat gadis itu berhenti melangkah. Jantung Erick bermaraton melihat tatapan tajam gadisnya.
"Aku bisa jelaskan."
"Jelaskan apa?!" tukas Dasha dengan menyilangkan tangannya di dada, memandang Erick sengit.
Erick menarik napas panjang dan dalam. "Itu tidak seperti yang kamu lihat. I-"
"Memangnya apa yang kulihat?"
Erick mengacak rambutnya. "Baby. Di-"
"Dia tiba-tiba datang dan menyerangku? Bukankah kau senang dia menemuimu, mantan terindah?" tukas Dasha penuh penekanan dengan menatap wanita yang berdiri beberapa meter di belakang Erick.
"Bukan, Sa-"
"Kau wanita jalang! Berani sekali kau menampakkan wajah sok polosmu itu di depan suamiku?!" sengit Dasha yang membuat semua orang tercengang. Dasha mengepalkan kedua tangannya lalu mendekati Arinda. Napas ditarik dengan paksa terlihat dari dadanya yang naik turun.
"Dasha, maaf. Ak-"
"Tidak bermaksud seperti itu? Atau tidak bermaksud merebut suamimu, hah?!"
"Dasha!'
"Shut your mouth up, Erick! Aku sedang bicara dengan mantan kekasihmu yang tak tahu diri ini."
Erick menelan ludahnya.
Dasha melipat tangannya. Menatap dengan menantang lurus pada Arinda. "Bagaimana perasaanmu, Nona Arinda? Apakah hatimu riang gembira telah menjalankan rangkaian cerita merebut suami orang?!"
"Dasha! Ayo kita pulang!" tukas Erick sembari menarik tangannya.
Dasha menjengit. "Aku belum selesai bicara dengannya! Biar kuberi pelajaran wanita tak tahu diri itu, Erick!"
Arinda meremas jemarinya sembari menatap pasutri itu menjauh. Rasanya dia ingin menangis. Perkataan Dasha menancap begitu pedih dalam hatinya. Tapi katakan dimana yang salah dari ucapan gadis kecil itu?
"Arinda, kan?"
Arinda segera menoleh saat suara bariton memanggilnya. Lehernya langsung bekerja menelan saliva saat menatap mata tajam yang tak jauh berbeda dari milik Erick. Perlahan cairan bening memenuhi matanya seiring perkataan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_