"Erick!"
Erick menghela napas panjang saat namanya diteriakkan. Gadis itu menahannya membuka pintu mobilnya sendiri. Sial! Rasanya kepala Erick sudah ingin meledak. Gadis dengan syal bulu yang melilit di lehernya itu menatap Erick dengan bibir sedikit mengerucut.
"Ayolah, Erick!" rengeknya.
Astaga! Erick mengedarkan padangan. Semua orang tengah menatap mereka. Bencana apa ini ya Tuhan? Erick mendesah pelan.
"Erick masih suka minum cokelat panas ya?" ucap gadis itu.
"Tidak juga," jawabnya singkat.
Gadis itu tersenyum. "Apakah istrimu mengurusmu dengan baik?"
Erick melirik tajam. Apa maksudnya? Dia bertanya atau menyindir? Apa karena istrinya masih kecil sehingga kemungkinkan mengurusnya adalah hal yang tak bisa dilakukan. Gadis itu tersenyum mendapat tatapan tajam Erick.
"Tentu saja."
"Ooo.." gumam gadis itu sambil menarik cangkir matcha lattenya.
Erick menatap ke arah jendela. Gerimis tengah turun. Ia menatap ponselnya --entah apa yang dilihat atau dicari.
"Apa dia hebat di atas ranjang sehingga kau memilihnya, hum?"
"Pertanyaan macam apa itu?!" sengit Erick.
Gadis itu tertawa kecil. "Maaf. Habisnya Erick kan penakluk wanita. Kaget saja tiba-tiba menikah dengan gadis yang baru lulus sekolah."
Erick hanya diam.
"Erick!"
"Hmm?"
"Erick.."
"Ada apa?"
Gadis itu sangat kesal karena Erick tetap saja tak menolehkan wajahnya.
"Erick, look at me!"
Fine! Erick pun menoleh. Gadis itu tengah menunjuk suatu tempat. Ia mengikuti jari dengan kuku runcing yang dicat warna pink pastel gadis itu hingga kedua matanya menangkap seorang wanita dengan rambut pirang tengah duduk manis berhadapan dengan seorang pria yang mungkin usianya sekitar setengah abad.
"Bukankah itu mantan kekasihmu?"
"Ya."
Gadis itu menutup mulutnya seolah kaget. "Dia sedang bersama pria tua. Kalau boleh tahu, kenapa kau putus dengannya? Aku dengar.. dia yang paling kau sayang."
"Ck! Bisa tidak membicarakan yang lain? Atau jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku mau pulang!" geram Erick beranjak dari tempat duduknya.
"Erick! Duduklah dulu!"
Erick kembali menjatuhkan pantatnya.
"Ada apalagi, Arin?"
Gadis itu tersenyum saat namanya dipanggil. Hanya Erick yang memanggilnya begitu dan sampai sekarang juga demikian.
"Aku senang kau masih memanggilku begitu. Kapan kau mengenalkanku dengan istrimu?"
"Tidak akan pernah!"
"Why?!"
"Kau hanyalah masa lalu yang tidak perlu diungkit lagi," desis Erick penuh penekanan.
Gadis yang bernama lengkap Arinda Moore itu tersenyum. "Tapi penuh kenangan, kan?"
Erick mendecak dan melenggang pergi. Arinda memanggil namanya berkali-kali tapi Erick sudah tuli. Gadis itu tertawa geli melihat tingkah Erick. Di tengah tawanya, seorang wanita berambut pirang duduk di tempat Erick tadi. Seketika senyum Arinda menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_