Chelsea tengah berjalan kesana kemari mencari kemana Dasha pergi. Tak biasanya gadis itu menghilang seperti sekarang. Memang akhir-akhir ini gadis itu terlihat murung. Entah kenapa. Dasha tak menceritakan itu padanya ataupun pada Mary dan Lilian.
"Sudah ketemu?" tanya Mary.
Chelsea menggeleng.
"Duduk saja sini. Nanti kalau lapar dia juga akan ke kantin, kan?" tukas Lilian sembari menepuk bangku di sampingnya.
Chelsea menggigit bibir bawahnya. "Aku akan mencari Dasha lagi. Kalian makan saja dulu," tukasnya dan kembali melenggang.
Lilian dan Mary hanya mengangkat kedua alisnya lalu mengendik bahu. Mereka menuruti instruksi Chelsea untuk makan tanpa menunggu gadis itu bergabung.
"Dasha kemana, sih? Tak biasanya dia menghilang seperti ini. Seharusnya kalau punya masalah itu diceritakan," tukas Chelsea pada diri sendiri.
Chelsea begitu gemas pada Dasha yang terus mengelak ketika ditanya. Pasti masalah serius, pikirnya. Kaki Chelsea terayun untuk melangkah menuju atap gedung. Mungkin saja Dasha mencari ketenangan disana.
Tepat saat Chelsea membuka pintu, ia mendengar suara cekikikan Dasha. Gadis berkacamata itu tersenyum. Mulutnya terbuka untuk memanggil nama sahabatnya itu. Namun seketika terkatup sempurna saat kedua bola matanya menangkap kejadian di depannya.
"Franco? Kau menciumku?!"
Kaki Chelsea berbalik secara otomatis. Gadis itu segera berlari setelah menutup rapat pintu atap. Dadanya bergemuruh. Apa ini yang dinamakan cemburu? Begitu sakit. Rasanya hati Chelsea seperti tersayat sesuatu yang tajam.
"Darimana saja kau?" tanya Mary pada Dasha yang baru sampai di kelas.
"Aku? Dari atap," jawab Dasha santai.
"Kau tahu, Chelsea mencarimu kemana-mana!" tukas Lilian. "Kau ini kenapa? Apa kau ada masalah? Berceritalah!" tambahnya.
Dasha menggaruk alisnya. "Tidak ada apa-apa."
Lilian mencebik. "Selalu begitu. Tapi kelakuan berubah!" geramnya.
"Hey! Berubah bagaimana? Aku bukan Cinderella!" tukas Dasha spontan.
"Sudah! Cinderellanya besok saja. Sekarang kita belajar dulu," tukas guru ekonomi di depan sana.
Disaat yang lain tengah beradu argumen dalam debat mata pelajaran ini, Chelsea mendadak diam. Sialnya dia sekelompok dengan Dasha dan Franco. Semua orang lantas menatap Chelsea yang tak menjawab lontaran pertanyaan dari Mary yang ada di tim lain.
Dasha melirik Chelsea tajam. Dia tak mungkin membiarkan timnya kalah. Dasha menyikut lengan Chelsea sehingga gadis itu memelototinya sambil memegang lengannya yang baru saja tertancap siku jarum itu.
"Sakit tahu!"
"Jawab!"
"Apa?"
"Wah, sepertinya Nona Willman sedang tidak ada disini?"
Chelsea menunduk. "I'm sorry, Mam."
"Fokus, Chelsea!" titah Mrs. Pristin. "Kalian harus tetap semangat belajar. Tinggal dua bulan lagi ujian dan lulus! Pergunakan waktu sebaik mungkin! Jangan hanya melamun atau malah bermain cinta-cintaan!"
Suara Mrs. Pristin meninggi. Itu menjadi indikasi jika kasus percintaan di sekolah menjadi salah satu penyebab naik turunnya prestasi belajar siswa. Lihatlah wanita yang masih cantik berbodi bak gitar Spanyol meski usianya sudah memasuki kepala empat itu! Dia memijat pelipisnya. Ya, wanita itu memang Waka kesiswaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_