"Mereka tidak jadi cerai?!" Lengkingan suara itu menggema ke seluruh penjuru rumah ini. Semua orang yang berbaris di depannya menunduk kaku. Mata biru wanita itu menatap nyalang tiap-tiap manusia yang menyembunyikan wajah darinya.
"Kalian becus bekerja tidak, sih?! Kalau begini hilang harapanku mendapatkan Erick!" tukasnya kesal.
Mereka terdiam tak ada yang berani berceletuk. Wanita itu menoleh tajam pada gadis berambut cokelat di depannya. "Kau sudah menjalankan semua perintahku dengan baik, kan?!"
Gadis itu mengangguk kecil. "Sudah, Nona. Saya sudah memasukkan obat perangsang pada minuman Tuan Erick dan Chelsea. Saya juga menyamar menjadi pelayan hotel dan membawa Chelsea masuk ke kamar yang dipesan Tuan Erick. Saya sudah melakukan panggilan video pada Dasha dan saya juga sudah mengirimkan video itu pada Tuan Emmet. Semua sesuai rencana dan perintah Anda, Nona."
Wanita itu berkerut kening. Ia kembali duduk di kursinya dan mengelus bibir seksinya dengan jari telunjuk. "Lalu bagaimana bisa perceraian itu batal?!"
Gadis berambut cokelat dan berkulit tan itu menjawab, "Dasha hamil, Nona Ysabelle. Sehingga mau tidak mau perceraian dibatalkan," dengan suara lirihnya.
Wanita bernama Ysabelle itu berdiri dari duduknya lalu mendekat dan mencengkeram rahang gadis itu. Tatapan membunuh dia berikan. Tanpa mengeluarkan satu kata pun ia melempar gadis itu sampai jatuh tersungkur di lantai.
"Aarrgghh! Rencana indahku harus berantakan!" pekiknya dengan mengangkat gemas kedua tangannya di samping pipi.
Kembali ia alihkan pandangannya pada gadis berambut cokelat itu. Ia memicing dan mengedutkan sudut bibirnya saking kesalnya. Rambut cokelat yang tergerai itu ia jambak sampai empunya menjerit memohon ampun.
"Gara-gara kau dungu!" Ia sentak kepala gadis itu beralih menujuk satu persatu orangnya. "Kau juga dungu! Kalian semua dungu! Bagaimana bisa tidak tahu gadis ular itu sedang hamil, hah?!"
Semua orang memejamkan mata mendengar teriakan lantang majikannya. Tak satupun dari mereka berani berucap. Pasalnya tangan kanan bos mereka berhati besi. Membunuh orang dilakukan seperti memotong mentimun.
"Madeline!"
Gadis itu mendongak cepat. "Iya, Nona?"
Wanita bermata biru berambut pirang itu membenahi poninya sambil mengeluarkan senyum miring. "Kau sama seperti ibumu. Tak becus menjalankan tugas."
Madeline mengedipkan matanya cepat beberapa kali.
"Lebih baik kau menyusul ibumu sana!"
Madeline berhambur di kaki Ysabelle. Ia merapalkan permohonan ampun. Ysabelle mencebik dan menarik kakinya paksa sehingga Madeline menggelepar di lantai.
"Kau kirim gadis ini ke neraka. Aku sudah tidak membutuhkannya," ucapnya pada pria bertubuh tinggi tegap yang menjadi tangan kanannya.
Kepalanya yang pening membuat Ysabelle ingin melepaskan segala emosinya. Kaki bersepatu heels merah itu memijak di sebuah bar yang cukup terkenal di pusat kota. Ingar-bingar dunia malam langsung menjamah seluruh indranya. Ia terkekeh menikmati suasana ini.
"Whiskey, please.."
Ysabelle menikmati minuman yang terasa pahit di mulut dan membakar tenggorokan itu seperti menikmati susu cokelat. Ia meneguknya hingga tetes terakhir. Tangannya kembali melambai untuk mendapatkan satu gelas minuman itu lagi.
"Anda sangat cantik, Nona," puji bartender padanya.
Ysabelle hanya menyunggingkan senyum manis. Siapa pria yang tak tergoda dengannya? Tubuh proposionalnya hanya dibalut dress berwarna cokelat susu ketat. Buah dadanya yang besar serta pantatnya yang semok mengundang setiap mata untuk menelanjanginya. Aksen tali spagetti itu mungkin ingin sekali ditarik lepas oleh bajingan-bajingan penjahat kelamin disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_