Dasha tengah berada di rooftop gedung sekolahnya. Ia menyelipkan jari-jemarinya pada pagar besi yang dibentuk belah ketupat kecil-kecil. Pandangannya menatap lurus lapangan yang sedang ramai. Di sana ada banyak anak laki-laki yang memperebutkan satu bola lalu akan menendangnya setelah dapat. Dia tidak pergi ke kantin, menolak ajakan gengnya.
"Berengsek!!" teriaknya tiba-tiba.
Pikiran Dasha masih berputar pada pertemuannya dengan Bastian tadi malam. Gara-gara itu, dia sampai insomnia dan telat bangun. Omelan pagi hari sungguh menjatuhkan moodnya.
"Awas, kau! Lihat saja, aku akan membuatmu menderita karena memutuskanku," geram Dasha pada diri sendiri.
Dasha memutar badan bermaksud turun dan menuju kantin. Tapi pemandangan di depannya menghentikan langkahnya. Ia tatap seseorang yang berdiri dengan satu kotak susu pisang di tangannya itu. Dasha melipat kedua tangannya di dada dan sedikit memiringkan kepala.
"Mau apa kau kesini? Apa kau menguping?" tanya Dasha ketus.
Seseorang itu menundukkan kepala dan membenahi kacamatanya. "Aku.. Aku hanya ingin kesini. Aku tidak menguping."
"Lalu untuk apa kau kesini, hah?!"
Pemuda itu menelan salivanya. "Aku memang sering kesini. Aku tidak pernah melihat Dasha kesini sebelumnya," jawab pemuda itu begitu lirih.
Dasha melebarkan matanya. Ia baru sadar, dia memang baru pertama kali kesini. Oh, pipi dan telinga Dasha memerah menahan desiran darah yang mengalir itu. Pemuda itu masih diam di tempat. Dasha menurunkan tangannya.
"Jadi kau sering kesini? Untuk apa?" tanyanya.
Pemuda itu menggigit bibir bawahnya. "Karena disini aku lebih tenang. Tapi sepertinya sekarang tidak lagi. Permisi Da-"
"Tunggu!"
Dasha menghentikan langkah terburu pemuda itu. Ia berjalan mendekat dan meraih lengan pemuda itu. Berakhirlah mereka duduk di sudut atap yang terlindung dari terik matahari. Susu pisang pemuda itu sudah beralih tangan.
"Menurutmu bagaimana?"
Pemuda itu kembali menunduk. "Terserah Dasha saja bagaimana."
"Ah, Franco! Kau ini! Aku itu minta pendapatmu," kata Dasha kesal.
Franco hanya diam menundukkan kepala. Dasha menoleh dan menatapnya tajam. Tiba-tiba Dasha duduk tepat di depannya. Jantung Franco berdetak tak keruan. Bukannya segera pergi, Dasha malah menatapnya lamat-lamat. Ia alihkan pandangannya, menghindari tatapan penasaran Dasha.
"Kau itu tampan, Franco. Berdandanlah seperti pemuda pada umumnya! Tata rambutmu! Jangan mengenakan kacamata tebal, mengancing kemeja hingga ujung, dan apa-apaan dasi kupu-kupu ini?!" tukas Dasha sambil menoel segala yang disebutkan.
Kelimpungan Franco menghindari semua itu. Dia baru bisa bernapas setelah Dasha kembali di posisi sebelumnya, duduk di sebelahnya. Keringat dingin membanjiri dahi Franco. Napasnya bahkan terengah-engah karena berusaha meraup oksigen yang sempat meninggalkannya.
"Hahaha!!" Dasha tertawa kencang.
Franco semakin menenggelamkan wajahnya. Dasha begitu geli melihat Franco yang malu karena perlakuannya. Apa seperti itu reaksi anak culun yang didekati seorang gadis?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_