Gadis remaja yang duduk di tahun terakhir sekolahnya itu tengah melamun di rooftop gedung sekolahnya. Ia menekuk kaki dan memeluknya. Dia sangat bingung sekarang. Ini sudah berjalan satu minggu sejak makan malam bersama yang berujung perjodohan. Sesuai janjinya, Dasha akan menjawab perjanjian itu.
"Aarrgghh!"
Dasha mengacak rambutnya sendiri dan menyembunyikan wajahnya di celah lututnya. Ia memandang ke bawah. Dasha merasakan ada sesuatu yang mendekat. Dengan cepat, dia menoleh.
"Oh, Franco."
Ya! Pemuda culun berkacamata tebal itu berdiri di sudut 45 derajat depan Dasha. Seperti biasa, Franco selalu membawa susu kotak rasa pisang. Kali ini tidak hanya satu, tapi dua. Dia tidak menemukan Dasha di kelas maupun kantin, jadi dia pikir Dasha pergi ke atap. Ternyata benar. Keputusan tepat dia membeli dua kotak.
"Boleh aku duduk?" tanya Franco.
Dasha mengangguk. "Duduk saja."
Franco mengambil duduk dengan sangat hati-hati. Ia juga menarik napas berat. Franco menatap wajah Dasha yang terlihat murung. Entah mengapa gadis populer di sekolahnya itu akhir-akhir ini sering terlihat melamun. Franco memberikan sekotak susu itu pada Dasha. Gadis itu menerimanya dan mengucapkan terima kasih.
"Dasha kenapa?"
Gadis itu menoleh. "Hm? Aku? Aku tidak kenapa-kenapa," jawabnya.
Franco mengalihkan tatapannya sambil menjawab, "Tapi akhir-akhir ini Dasha terlihat sedih."
Dasha mengangkat kedua alisnya. "Benarkah? Haha! Memang iya."
Kening Franco mengerut. Ia menoleh dengan cepat menatap gadis di sampingnya. Dasha tengah menunduk menatap susu kotak di tangannya. Franco semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Dasha memang sudah bercerita jika gadis itu baru saja putus dengan kekasihnya. Tapi masa iya Dasha tidak bisa move on dan semakin sedih setiap harinya.
"Apa karena putus dengan.. siapa nama mantan kekasih Dasha?"
"Bastian."
"Iya, Bastian."
"Bukan itu sekarang. Meskipun itu juga sangat menggangguku," katanya.
Franco mengangguk. "Lalu apa yang mengganggu pikiran Dasha? Dasha bisa cerita padaku," kata Franco lembut.
Dasha menoleh dan menatap Franco. Pemuda itu memiliki mata abu yang indah di balik kacamatanya. Dasha tersenyum sekilas. Ia kembali menatap susu kotak di tangannya. Gadis itu menghela napas berat dan panjang.
"Aku dijodohkan, Franco. Dijodohkan dengan pria yang aku hanya pernah melihatnya beberapa kali. Aku sama sekali tidak mengenalnya," kata Dasha.
Franco menelan ludahnya susah payah. Oksigen seperti langsung kabur dari sekelilingnya. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha menetralkan diri. Tunggu! Degupan jantung itu, apa Dasha mendengarnya?
"Oh..."
Sial! Hanya kata oh saja yang mampu keluar dari bibir Franco. Dasha menoleh padanya dan mencebik. Pasti gadis itu kesal karena respons Franco yang tidak sesuai ekspektasi.
"Aku harus menentukannya sekarang. Apakah aku setuju.. atau tidak," lanjut Dasha.
Dasha menoleh sekilas dan hanya melihat anggukkan kepala Franco yang menunduk.
"Menurutmu, aku harus menerimanya atau tidak?"
Franco langsung menoleh pada Dasha. Ia kembali menelan ludah susah payah. Ini air liurnya yang berubah menjadi batu atau tenggorokannya yang menyempit, sih? Franco melihat harapan di kedua mata almond Dasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_